Pelajar Bertanya, Menkes Menjawab

30 June 2009

Rabu (24/06/2009), Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) melakukan dialog dengan 200 pelajar Indonesia yang tergabung dalam Forum Pelajar Indonesia, dengan tema “Pelajar Bertanya, Menteri Kesehatan Menjawab”, di gedung Departemen Kesehatan RI. Dalam kesempatan tersebut Menkes didampingi Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K). Hadir juga Direktur Bina Kesehatan Komunitas Dr. Edi Suranto, MPH, Kepala Pusat Komunikasi Publik dr. Lily S. Sulistiyowati, MM, Sekretaris Dirjen Bina Yanmed Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes, Kepala Biro Kepegawaian drg. S.R. Mustikowati, M.Kes, dan Direktur Bina Gizi Masyarakat dr. Ina Hernawati, MPH.


Forum Pelajar Indonesia atau For Indonesia, merupakan sebuah ruang kreatif bagi 200 pelajar berprestasi yang berusia 17-21 tahun dari seluruh Indonesia untuk bertukar pengalaman, pemikiran sekaligus membangun kepedulian, pemahaman serta kerjasama dalam menghadapi tantangan narkoba, HIV/AIDS, flu burung dan flu babi, kesehatan reproduksi remaja, kekerasan seks pada anak serta budaya hidup sehat.
Menkes dalam pidatonya menyatakan menyambut baik, bangga dan mendukung kegiatan forum pelajar Indonesia ini. Forum seperti ini perlu ditumbuh suburkan dalam upaya membangun kembali rasa bangga sebagai bangsa Indonesia didalam jiwa generasi muda, karena dari rasa bangga akan tumbuh rasa nasionalisme yang kuat sehingga diharapkan akan lahir sebuah generasi yang kuat dan tangguh, yang mampu membela kedaulatan bangsa Indonesia tercinta.

Menurut Menkes, Indonesia memiliki cita-cita yang sangat luhur dan mulia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Berangkat dari cita-cita itu, Depkes sejak tahun 2004-2009 mempunyai visi memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dan misi untuk membuat rakyat sehat. Apabila rakyat sehat, maka negara akan kuat.

Selain itu, Depkes juga memiliki 4 strategi utama yaitu memberdayakan masyarakat, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan, meningkatkan informasi dan komunikasi antara pusat dan daerah, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan, ujar Menkes.

Untuk mencapai visi dan misi, Depkes mempunyai nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi yaitu, pro rakyat, bertindak cepat dan tepat, bekerja dengan team work yang solid, bekerja dengan integritas yang tinggi, dan bekerja dengan akuntabilitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga dengan kerja keras, nilai-nilai dan visi serta misi tersebut, Depkes dapat mencapai target-target yang ditentukan oleh Presiden RI. Susilo Bambang Yudhoyono.

Target-target yang telah dicapai Depkes antara lain penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2004, menjadi 228 per 100.000 KH tahun 2007, sedangkan target pada tahun 2009 adalah 226 per 100.000 KH. Menurunkan angka kematian bayi (AKB) dari 35 per 1000 KH pada tahun 2004 menjadi 26 per 1000 KH tahun 2007, sesuai target. Target penurunan prevalensi gizi kurang pada balita sesuai Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 yaitu 20%, pada tahun 2007 Indonesia sudah mencapai 18,4%. Begitu pula Umur Harapan Hidup saat ini 70,5 tahun, dengan target tahun 2009 adalah 70,6 tahun, tambah Menkes.

Menkes menambahkan, empat dari seluruh tujuan MDG itu adalah tugas Depkes yaitu menurunkan kematian bayi dan anak, kematian ibu melahirkan, menghentikan penyebaran HIV/AIDS, dan menyediakan ketersediaan air dan sanitasi. Dari keempat tujuan MDG tersebut, Indonesia telah mencapai hasil yang sangat menggembirakan.

Menkes diakhir sambutannya mengingatkan agar forum pelajar ini jangan terlepas dari cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945. Kegiatan dan prestasi apapun yang akan dicapai haruslah berguna bagi negara khususnya kesejahteraan masyarakat.

Dari 10 pertanyaan dalam dialog tersebut, antara lain mengenai program Jamkesmas yang disampaikan oleh Teguh Purnomo dari pondok pesantren Muhammadiyah Garut. Menanggapi hal itu, Menkes menegaskan bahwa program Jamkesmas belum pernah ada selama Indonesia merdeka. Ini adalah program pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi orang miskin, agak miskin, dan sangat miskin yang berada di desa-desa di seluruh Indonesia. Jumlah rakyat miskin di Indonesia yang berhak mendapat Jamkesmas adalah 76,4 juta jiwa yang tersebar di desa-desa bukan Kabupaten/Kota. Sedangkan Jamkesmas yang belum terealisasikan dengan baik, menurut Menkes berkaitan dengan distribusi atau pendataan kartu Jamkesmas. Yang berhak mendapat kartu Jamkesmas adalah rakyat miskin yang telah didata oleh RT/RW setempat dan disahkan oleh Bupati/Walikota. Apabila masih ada rakyat miskin yang belum mendapatkan kartu Jamkesmas, maka terjadi kesalahan dalam pendataan di Kabupaten/Kota.

Pertanyaan lain yang disampaikan oleh Safitri Amanda Putri dari SMK Keperawatan Bina Medika Jakarta Pusat, mengenai flu babi dan penyebarannya, Menkes menjelaskan bahwa penyakit flu babi tidak ada hubungannya dengan hewan babi dan lebih banyak mengandung unsur politik dunia. Menkes juga menganjurkan agar membaca buku karangannya ”Saatnya Dunia Berubah”, karena didalamnya diceritakan perjuangan Menkes terhadap ketidakadilan dunia yang merugikan negara-negara berkembang dan negara miskin, terutama dalam kasus flu burung yang melanda Indonesia. Persediaan tamiflu yang dibutuhkan untuk pasien flu burung tidak ada di pasaran karena sudah dibeli oleh negara-negara kaya yang justru tidak mempunyai kasus flu burung. Namun ketidakadilan itu sudah terbongkar berkat perjuangan keras dan berani Menkes di hadapan sidang World Health Assembly (WHA).

Oleh karena itu Menkes mengharapkan agar pemuda Indonesia jangan merasa minder dan takut dengan orang asing, karena orang Indonesia pun tidak kalah cerdas dan pintar dengan asing.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Untuk Cegah Flu Babi : Penumpang Wajib Kenakan Masker

Untuk mencegah penularan Influenza A H1N1 (flu babi) di Indonesia, Pemerintah mewajibkan semua penumpang dari negara terjangkit mengenakan masker setibanya di terminal kedatangan luar negeri. Mereka juga diwajibkan melewati thermo scanner (alat pemindai suhu tubuh) sebelum keluar dari bandara. ”Kalau sebelumnya masih banyak penumpang mem-by pass dari thermo scanner, sekarang tidak boleh lagi”, ujar Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Ir. Aburizal Bakrie yang didampingi Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) saat jumpa pers usai memimpin Rakor Kesra di Jakarta tanggal 29 Juni 2009.


Kebijakan tersebut diambil dalam Rapat Koordinasi bidang Kesejahteraan Rakyat yang dipimpin Menko Kesra Ir. Aburizal Bakrie dan dihadiri Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), Menteri Perhubungan, Ir. Jusman Syafii Djamal, Wakil dari Menlu, Menkeu diwakili Dirjen Anggaran, Depdagri diwakili Dirjen Pemerintahan Umum, Depdiknas diwakili Dirjen Dikti, Ketua Pelaksana Harian Komnas Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (FBPI) Dr. Bayu Krisnamurthi, Dirut PT Angkasa Pura I dan II, serta Kepala Administratur Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.
Menko Kesra menambahkan, Pemerintah berupaya mencegah terjadinya penularan influenza A H1N1 antar manusia di Indonesia setelah ditemukannya 8 orang positif karena tertular dari luar negeri. ”Kami memutuskan untuk memonitor, melaporkan dan mengkoordinasi penanggulangan influenza A H1N1 dan mendukung proses penanganan yang dilakukan Menkes dan jajarannya seperti pembentukan Posko Depkes untuk menangani masalah ini”, ujar Aburizal Bakrie.

Menurut Menko Kesra, dalam Rakor juga membahas persiapan-persiapan yang diperlukan untuk menghadapi beberapa event internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia pada bulan Agustus 2009 seperti Konferensi Internasional AIDS di Bali dan Sail Bunaken di Manado.

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari yang diberi kesempatan menjelaskan penanganan kasus flu babi di Indonesia oleh Menko Kesra menyatakan, saat ini jumlah kasus positif Influenza A H1N1 berjumlah 8 orang. Mereka terdiri dari 4 orang warga negara Indonesia, 3 orang warga negara Australia dan 1 orang warga negara Inggris yang berdomisili di Australia. Kesemuanya tertular dari Australia dan Singapura, jadi merupakan kasus impor.

Dari 8 orang tersebut, 1 orang sudah sembuh dan boleh pulang, sedang 7 orang lainnya masih dirawat di RS yakni 4 orang di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta, dan 3 orang WN Australia dirawat di RS Sanglah Denpasar, Bali.

“Berkat upaya-upaya yang dilakukan Depkes dan jajaran kesehatan di seluruh Indonesia serta kerja sama dengan lintas sektor terkait, alhamdulillah belum terjadi penularan antar manusia di Indonesia”, ujar Dr. Siti Fadilah Supari.

Untuk mencegah penularan virus yang kemungkinan terbawa para pendatang dari negara terjangkit mereka diwajibkan mengenakan masker sebelum keluar dari bandara. Masker akan disediakan oleh pemerintah dan harus dikenakan selama 3 hari, sesuai dengan masa inkubasi penyakit ini yaitu 3 – 7 hari, ujar Menkes.

Sejak WHO menetapkan flu babi sebagai public health emergency international concern (PHEIC) tanggal 25 April 2008, Depkes telah menetapkan 6 langkah antisipasi yaitu : 1. Penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan yang dilakukan dengan pemasangan thermo scanner, pemberian health alert card, penyiapan alat pelindung diri (APD) dan lain-lain. 2. Logistik terutama penyediaan obat tamiflu dan pendistribusian sampai ke Puskesmas. 3. Penyiapan 100 rumah sakit rujukan, obat, APD, keteresdiaan ruang isolasi dll. 4. Penguatan surveilans epidemiologi yang dilakukan dengan mengintensifkan surveilans ILI di 20 Puskesmas, surveilans SARI di 15 RS sentinel dll. 5. Penguatan laboratorium dengan mengintensifkan laboratorium regional dan pemenuhan reagensia. 6. Komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan dengan penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran komunikasi yang ada.

Menkes menegaskan, Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Saat ini sebagian besar penyakit adalah ringan dan sembuh dengan baik.

Menkes menghimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian apabila sakit dan berhati-hati bila berkunjung ke luar negeri.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Enam Kasus Baru Influenza A H1N1

29 June 2009

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menjelaskan, saat ini, Indonesia merawat enam kasus baru positif Influenza A H1N1. Keenam kasus tersebut merupakan kasus impor, artinya mereka tertular dari luar negeri.


Mereka itu adalah GC (L, 12 tahun), MT (P, 14 tahun) dan JA (L, 10 tahun) ketiganya Warga Negara Australia dan kedatangannya ke Bali dalam satu pesawat. Saat ini kondisinya membaik dan dirawat di RSUP Sanglah Denpasar. Kasus ke-4 dan 5 adalah kakak beradik WNI bernama Ag (P, 18 th) dan TP (L, 19 th), sebelum sakit melakukan perjalanan ke Singapura. Kasus ke-6, AM (P, 22 th) juga WNI, sebelum sakit bepergian ke Australia. Ketiganya dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) Jakarta dan kondisinya membaik.

Hal itu disampaikan Menkes kepada para wartawan dalam dan luar negeri di kediaman Jl. Denpasar Raya No. 14 Jakarta, hari Minggu, 28 Juni 2009.

Dalam jumpa pers yang didampingi Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL, Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan Litbangkes dan dipandu dr. Lily Sulistyowati, Kepala Pusat Komunikasi Publik, Menkes menegaskan bahwa sampai saat ini di Indonesia sudah terdapat 8 kasus positif Influenza A H1N1 ( 4 orang WN Asing dan 4 orang WNI ), namun semuanya merupakan kasus impor. Dari 8 kasus positif, satu orang dinyatakan sembuh dan sudah pulang yaitu BM (W, 22 tahun) WN Inggris. Sampai saat ini belum terjadi penularan antar manusia di Indonesia, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, selain merawat kasus positif, Depkes juga telah memeriksa 47 orang yang kontak dengan penderita maupun yang habis bepergian dari negara terjangkit, tetapi semuanya negatif.

Indonesia sudah siap menanggulangi Influenza A (H1N1). Untuk itu, Departemen Kesehatan telah menetapkan langkah-langkah mengatasi penyakit yang sudah merebak di 105 negara di dunia, dengan:

1. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta
2. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya
3. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM
4. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan Leaflet)
5. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. 021 4257125; Fax : 021 42877588 ; Email : poskoklbp2pl@yahoo.com ; Call Center : 021 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www.penyakitmenular.info

Dalam kesempatan tersebut, Menkes menegaskan kembali bahwa Influenza A Baru (H1N1) ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Saat ini sebagian besar penyakit adalah ringan dan sembuh dengan baik.

Menkes menghimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian apabila sakit dan berhati-hati bila berkunjung ke luar negeri.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Menkes Hormati Fatwa Haram Vaksin Meningitis

27 June 2009

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan menghormati fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang vaksin meningitis yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi bagi jamaah haji. "Kami menghormati fatwa ulama. Mudah-mudahan ulama dan umarak bisa bergandengan melayani kepentingan umat," katanya, pada acara talk show membahas vaksin meningitis yang mengandung enzim babi di Masjid Al Azhar, Jakarta, Sabtu.

Ia mengaku tidak bisa mengambil keputusan ketika MUI telah mengeluarkan fatwa haram karena Depkes hanya bagian kecil dari lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan jamaah haji.

"Setelah difatwa haram, saya tentu akan mengembalikan ke Menteri Agama untuk mengambil langkah-langkah berikutnya," katanya, dalam talk show yang diselenggarakan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan sejumlah organisasi massa (ormas) Islam itu.

Ia juga menyatakan, Depkes juga tidak bisa ikut-ikutan mempengaruhi ketentuan tentang keputusan halal dan haram karena merupakan wilayah ulama.

"Depkes sangat menyadari karena tidak hanya bertanggung jawab kepada negara, tapi juga kepada Allah," katanya.

Siti Fadilah mengatakan, pemberian vaksin meningitis bukanlah permintaan dari Depkes namun ketentuan yang diwajibkan pemerintah Arab Saudi bagi setiap jamaah haji. Setiap calon jamaah yang berangkat haji harus divaksin. Bila tidak divaksin, mereka tidak bisa mendapatkan visa. Ketentuan ini diberlakukan bagi calon jamaah haji Indonesia sejak tahun 1988.

Hal yang sama sudah diberlakukan bagi calon jamaah haji 77 negara Islam di dunia. Hanya saja, kata Menkes, jika ulama Indonesia menyatakan vaksin meningitis haram, ulama dari 77 negara justru mengatakan halal.

"Saya tidak tahu kenapa sekarang masalah ini baru terbuka. Padahal ini juga diberlakukan bagi jamaah haji dari 77 negara Islam di dunia," kata Siti Fadilah.

Ia menyatakan, Depkes sangat bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan calon jamaah haji mulai dari keberangkatan, dalam perjalanan hingga pulang.

Penggunaan vaksin meningitis, katanya, diwajibkan bagi calon jamaah haji, jamaah umrah, dan pekerja musiman karena virus meningitis bisa mengakibatkan radang selaput otak yang bisa menimbulkan cacat dan kematian.

Pada 1987, katanya, tercatat 99 jamaah haji Indonesia yang meninggal akibat meningitis. Sementara sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi dilaporkan jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan vaksin.

Dia mengatakan, pihaknya kini menunggu fatwa MUI karena pada Juli 2009 pengurusan visa calon jamaah haji Indonesia harus diurus.

Menkes yakin pemerintah Arab Saudi tidak akan mau menguruskan visa manakala masalah ini belum selesai. Dikhawatirkan hal ini bisa menjadi hambatan bagi calon jamaah haji Indonesia berangkat tahun ini.

Sebagai solusi terhadap persoalan ini, katanya, Indonesia siap memproduksi sendiri vaksin meningitis berlabel halal pada 2010.

"Insya Allah kita sudah persiapkan sejak 2 - 3 tahun terakhir," katanya. Indonesia, katanya, merupakan salah satu negara yang sudah mendapat sertifikasi dalam memproduksi vaksin secara internasional.

"Ini sudah disetujui negara-negara Islam lain. Yang tidak setuju hanya Arab Saudi dan Mesir," katanya.

Menkes juga membatah Malaysia sudah mampu memproduksi vaksin meningitis sendiri.

"Saya sudah cek ke sana. Tidak benar Malaysia memproduksi vaksin. Yang benar, vaksin meningitis hanya diproduksi di satu negara. Jadi vaksin yang digunakan jamaah haji Malaysia dan Indonesia sama," katanya.

Kasus vaksin meningitis berenzim babi awalnya ditemukan dari hasil penelitian Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika MUI Sumsel yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang. Hasil penelitian tersebut kemudian diekspose Ketua MUI Sumsel KH Sodikun, 24 April.

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat Husniah Rubiana Thamrin dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Anna Priangani, membenarkan pembuatan vaksin meningitis menggunakan lemak babi.(*)

Sumber: ANTARA
Baca Selengkapnya...

Menkes Resmikan Pos Kesehatan Pesantren

25 June 2009

Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada hari Kamis, 4 Juni 2009 meresmikan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Nurul Huda, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pada kesempatan itu Menkes juga secara simbolis meresmikan 8 Poskestren lainnya yang tersebar di berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) binaan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), yaitu Ponpes Al-Mutawwa, Serang Banten, Ponpes Nurul Aini Cilandak, Ponpes Nurul Iman Bogor, Ponpes Baitul Amal Bandung, Ponpes Al-Kautsar Cirebon, Ponpes Al-Hidayah Banjar Baru, Kalsel, Ponpes Nurul Islam Samarinda, Kaltim, serta Ponpes Raudhatul Jannah, Sulsel.

Dalam sambutannya Menkes mengatakan Poskestren didirikan sebagai salah satu dari grand strategy Departemen Kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat dalam hidup bersih dan sehat. Poskestren ini bertujuan untuk menjaga kesehatan siswa, pengajar dan pengelola pesantren. Disamping itu juga diharapkan agar pesantren mempunyai peran yang penting didalam menjaga kesehatan masyarakat diwilayahnya masing-masing.

Menkes berharap agar Poskestren bisa melayani semua santri/santriwati dan masyarakat sekitarnya tanpa membedakan apapun juga, karena kesehatan adalah hal yang sangat universal dan mendasar bagi kemanusiaan. Maka didalam melayani orang yang sakit dan orang yang susah jangan dibeda-bedakan. Menkes mengharapkan agar jangan sampai ada lagi terdengar berita pasien miskin ditolak untuk berobat oleh pihak rumah sakit dengan alasan apapun juga, terlebih lagi oleh rumah sakit pemerintah.

Menkes juga berpesan kepada aparat pemerintah Lampung, khususnya Bupati Lampung Selatan agar menjaga dengan baik program Jamkesmas yang diluncurkan oleh Depkes. Serta terus mendorong untuk terwujudnya Jamkesmasda di Lampung karena kesehatan merupakan modal yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut dikatakan Menkes bahwa tahun 2009 ini Depkes telah menyetujui untuk mendirikan 30 Poskestren lagi dari total 63 Poskestren yang diajukan oleh LDII, disamping 19 Poskestren yang sudah disetujui sebelumnya. Hal ini menunjukkan komitmen dan perhatian pemerintah, dalam hal ini melalui Depkes untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat, khususnya bagi mereka yang kurang mampu atau berada di daerah yang minim fasilitas kesehatannya.

Hadir pula dalam acara tersebut adalah perwakilan dari Gubernur Lampung, Bupati Lampung Selatan, perwakilan dari DPRD Lampung, perwakilan dari Kapuskabangkes Depkes, Kepala Dinas Kesehatan Lampung, Ketua Umum DPP LDII, serta para ulama dan tokoh masyarakat lainnya.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Nutrisi untuk Mata Tak Cuma Wortel

24 June 2009

KOMPAS.com - Hampir setiap hari kita "memperkosa" mata kita untuk menatap berbagai obyek besar maupun kecil di komputer, televisi, dan tentunya ponsel. Sadarkah Anda bahwa kebiasaan ini mengakibatkan kelelahan mata dan meningkatkan masalah mata yang berhubungan dengan usia. Misalnya, umur baru 30 tahun lebih, tetapi Anda sudah mulai kesulitan melihat obyek dekat.

Pandangan mata yang mulai menurun memang tidak dapat dihindarkan. Namun menurut Dr. Maoshing Ni, ahli kesehatan untuk kolom kesehatan di Yahoo!, Anda bisa melindungi kesehatan mata Anda dengan mengonsumsi bahan-bahan makan di bawah ini.

1. Jus seledri, peppermint, dan peterseli China
Obat-obatan tradisional China yang digunakan untuk menjernihkan penglihatan adalah jus yang dibuat dari daun seledri, daun peppermint, dan daun peterseli China. Menurut penelitian, luteolin, antioksidan yang ditemukan dalam ketiga bahan ini, diketahui menyediakan perlindungan terbaik terhadap sel DNA dari radiasi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa luteolin membantu melindungi mata dari kerusakan akibat radiasi UV, dan glycation, suatu proses dimana molekul gula yang lengket mengikat protein yang potensial merusak retina. Luteolin juga mendorong kadar gula darah yang sehat dan mengatur sensitivitas insulin. Campurkan seledri, peppermint, dan peterseli China ke dalam blender atau juicer dengan sedikit air. Minum jus segar ini setiap hari untuk menjernihkan pandangan Anda.

2. Brokoli, labu, jagung, alpukat
Ada banyak jenis bahan makanan yang menyehatkan mata. Bayam, yang penuh kandungan lutein dan zeaxanthin, antioksidan yang melindungi retina dari degenerasi macular yang datang dengan bertambahnya usia. Jangan lupa: lemak meningkatkan penyerapan lutein, jadi tumislah bayam menggunakan sedikit minyak zaitun. Sumber lutein dan zeaxanthin lainnya antara lain kale, turnip hijau, sawi, kacang polong, brokoli, labu, dan jagung. Wortel, yang kaya vitamin A dan beta karoten, juga sangat membantu. Bilberry, sejenis blueberry, mendorong aliran darah ke saraf mata, dan juga kaya antioksidan. Wolfberry, atau yang biasa disebut goji berry, digunakan untuk menguatkan pandangan mata. Anda bisa mengudap goji berry di sela-sela waktu makan.

Bila Anda sulit menemukan bahan-bahan makanan ini, makanlah alpukat. Para peneliti dari University of Ohio, seperti dikutip majalah Prevention, mengatakan, 43 gram alpukat dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap alfa-karoten hingga 8,3 kali lipat. Plus, penyerapan beta-karoten menjadi 13,6 kali lebih banyak, dan lutein menjadi 4,3 kali lebih banyak. Lemak baik dalam alpukat bisa meningkatkan kemampuan tubuh dalam menyerap zat karotenoid itu. Sebaiknya, Anda mengonsumsi 43 gram alpukat saja, agar terhindar dari kelebihan kalori. Jika memungkinkan, pilihlah alpukat mentega, karena mengandung lebih banyak lemak tak jenuh tunggal.

3. Banyak minum
Banyak minum penting untuk fungsi penglihatan yang baik. Minum 8 gelas air putih setiap hari, seperti biasanya. Mengonsumsi air dengan perlahan namun rutin memberikan persediaan air secara konstan untuk melembabkan dan memberi gizi pada mata.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Menkes Laporkan Dua Kasus Influenza A H1N1

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) hari ini melaporkan dua kasus positif Influenza A H1N1. Keduanya merupakan kasus impor, artinya mereka tertular dari negara lain. Mereka itu adalah WA (Pria, 37 tahun) pekerjaan pilot. Sebelum sakit, WA pada tanggal 14 Juni terbang ke Perth, Australia dan kemudian tanggal 18 Juni pergi ke Hongkong. Pada tanggal 19 Juni, WA masuk RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dengan keluhan demam. Kondisi kesehatan pasien membaik dan saat ini masih diisolasi di rumah sakit tersebut.


Kasus kedua adalah BM (Wanita, 22 tahun) warga negara Inggris tinggal Melbourne Australia. Ia berkunjung ke Bali tanggal 19 Juni. Tanggal 20 Juni merasa panas dan batuk. Kemudian berobat ke rumah sakit dengan membawa Health Alert Card yang didapat dari Bandara Ngurah Rai dan langsung dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. Kondisi pasien saat ini baik dan masih diisolasi di rumah sakit tersebut.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan dalam dan luar negeri di Kantor Depkes Jakarta, 24 Juni 2009 berkaitan dengan ditemukannya dua kasus Influenza H1N1 di Jakarta dan Denpasar.

Dalam jumpa pers yang didampingi Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL, Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan Litbangkes dan dipandu dr. Lily Sulistyowati, Kepala Pusat Komunikasi Publik Menkes menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia sudah siap dalam penanggulangan Influenza A (H1N1) baru ini.

Departemen Kesehatan telah menetapkan langkah-langkah untuk mengatasi penyakit yang sudah merebak di 99 negara di dunia, dengan :

1. a. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta
2. b. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya
3. c. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM
4. d. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan Leaflet)
5. e. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. 021 4257125; Fax : 021 42877588 ; Email : poskoklbp2pl@yahoo.com ; Call Center : 021 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www.penyakitmenular.info

Dalam kesempatan tersebut, Menkes menegaskan kembali bahwa Influenza A Baru (H1N1) ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Saat ini sebagian besar penyakit adalah ringan dan sembuh dengan baik.

Menkes menghimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian apabila sakit.

Kasus Influenza A H1N1 juga dilaporkan oleh negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia yaitu Australia, Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, Papua New Guinea dan Vietnam. Sampai dengan 24 Juni, telah dilaporkan oleh 99 negara dengan jumlah penderita seluruhnya 52.160 orang dengan 231 kematian dengan angka kematian 0,4%.

Selain dua kasus positif influenza A H1N1, Menkes juga menerima laporan adanya 4 WNI juga positif. Setelah berkoordinasi, keempat pasien tersebut tidak tinggal di Indonesia melainkan tiga orang berdomisili di Singapura dan 1 lagi berdomisili di Australia. Selain keempat orang itu, adalagi seorang pegawai Depkes yang sedang mengikuti pelatihan Influenza A H1N1 di Beijing diduga terkena flu babi dan seorang lagi di Makao.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Menkes: Keputusan Vaksin Meningitis Wewenang MUI

17 June 2009

Keputusan tentang haram atau halalnya suatu produk termasuk vaksin meningitis yang digunakan para jemaah calon haji, umrah dan pekerja musiman adalah kewenangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Keputusan pemberian imunisasi meningitis bagi calon haji, umrah dan pekerja musiman bukan kemauan/keputusan Departemen Kesehatan, melainkan ketentuan dari Pemerintah Arab Saudi yang mengharuskan setiap orang yang akan haji, umrah maupun yang akan bekerja di sana disuntik vaksin meningitis.


Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) usai bersilaturahmi dengan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia di Kantor MUI Jl. Proklamasi Jakarta 16 Juni 2009.
Sekretaris Umum MUI Drs. H. M. Ichwan Sam yang mendampingi Menkes kepada wartawan menyatakan, dalam silaturahmi tersebut dari MUI hadir jajaran Pimpinan Harian, unsur Komisi Fatwa dan unsur Lembaga Pengkajian POM MUI.

Menurut Drs. H.M. Ichwan Sam, kedatangan Menkes ke MUI adalah untuk bersilaturahmi dan menyamakan persepsi tentang beberapa hal khususnya masalah vaksin meningitis yang diwajibkan oleh Pemerintah Saudi Arabia bagi seluruh jemaah calon haji dan umrah. Selain itu, antara Depkes dengan MUI sudah sejak lama bekerja sama dan akan terus berlanjut.

MUI akan menangani vaksin meningitis secara hati-hati, secara ikhtiar agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena hakekatnya baik MUI maupun Depkes memiliki tugas masing-masing dan sama-sama untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya, ujar Drs. H.M Ichwan Sam.

Hal-hal yang berkaitan dengan vaksin meningitis, ujar H.M. Ichwan Sam, MUI masih akan mengadakan rapat untuk menentukan Fatwanya terhadap vaksin meningitis yang akan digunakan umat Islam pada musim haji yang akan datang. Mengapa MUI mengambil keputusan seperti itu, karena di dalam berfatwa prinsipnya perlu berhati-hati untuk menjaga umat dari kemungkinan menggunakan zat-zat yang haram. MUI sedang menunggu balasan surat dari Pemerintah Arab Saudi untuk mendapatkan penjelasan mengenai kewajiban pemberian vaksin meningitis.

Menjawab pertanyaan wartawan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menegaskan ketentuan pemberian vaksin bagi calon jemaah haji dan umroh adalah dari Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi mengharuskan setiap orang yang akan menjalani ibadah haji dan umrah maupun pekerja musiman diberi suntikan vaksin meningitis. Kalau tidak disuntik, maka dia tidak akan mendapat visa, ujar Menkes.

Tentang fungsi vaksin meningitis, Menkes menegaskan, pemberian vaksin meningitis manfaatnya untuk mencegah jangan sampai tertular meningitis apabila ada salah satu atau beberapa jemaah yang bersama-sama melakukan ibadah haji menderita meningitis. Karena penyakit meningitis itu mematikan, ujar Menkes.

Tentang informasi bahwa Malaysia telah memproduksi vaksin meningitis yang bebas dari unsur porcein, Menkes Dr. Siti Fadilah telah mendapatkan informasi langsung dari salah seorang Direktur Lembaga Halal Malaysia ( Direktur Sijjil) Tn. Zainal Abidin Bin Jaffar yang menyatakan sampai saat ini Malaysia belum bisa memproduksi vaksin meningitis sendiri. Malaysia menggunakan vaksin yang sama dengan vaksin yang digunakan oleh Indonesia maupun negara-negara Islam lainnya.

Di waktu-waktu mendatang, Indonesia berupaya untuk dapat memproduksi vaksin meningitis sendiri. Karena Indonesia sudah berpengalaman memproduksi vaksin-vaksin untuk imunisasi dasar seperti BCG, DPT dan Polio bahkan vaksin tersebut sudah diekspor ke berbagai negara dan 35% kebutuhan vaksin dunia dipasok dari Indonesia.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Haaah... 1.000 Orang Terinfeksi HIV/AIDS di Tangerang

15 June 2009

TANGERANG, KOMPAS.com — Sebanyak 1.000 orang dari segala usia di Kabupaten Tangerang, Banten, terbukti positif terinfeksi virus mematikan HIV/AIDS. "Tahun ini, sebanyak 800 orang terbukti positif terinfeksi HIV dan 200 orang AIDS, mereka tersebar di beberapa kecamatan," ucap Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang dr Yully Soenar Dewanti di Tangerang, Minggu (14/6).

Ia mengatakan, sekitar 755 penderita HIV/AIDS berada di daerah pinggiran kota. Ia menambahkan, ada banyak penyebab tingginya kasus HIV/AIDS di daerah ini. "Seorang ibu yang sudah terkena virus akan menulari anaknya dari transfusi darah, jarum suntik, selain itu virus ini juga diakibatkan dari hubungan seks," akunya.

Ia mengaku, awal tahun 2009 terdapat sembilan bocah yang sudah tertular virus mematikan itu. "Darah dari ibu penderita AIDS akan berpotensi menulari bayi saat ibunya menjalani persalinan," katanya.

Ia mengungkapkan, dinkes selalu berusaha untuk memutuskan mata rantai penularan AIDS kepada penderita. "Kita juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuat stigma atau diskriminasi terhadap penderita AIDS, tetapi secara bersama menanggulanginya," ucap dr Yully.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Menkes Koordinasikan Pencegahan dan Penanggulangan Influenza A H1N1

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengambil langkah cepat setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tanggal 11/6/2009 menaikkan status penyebaran penyakit influenza A H1N1 atau yang lebih populer disebut flu babi dari fase 5 ke fase 6. Menkes minta Gubernur seluruh Indonesia untuk meng-koordinasikan kegiatan-kegiatan institusi pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Institusi Pusat di daerah, TNI dan Polri, bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain sehingga mencapai hasil optimal dalam pencegahan dan penanggulangan Influenza A H1N1.


Menurut Menkes, peningkatan status dari fase 5 (adanya sinyal kuat pandemi) ke fase 6 (pandemi/wabah) menunjukkan betapa seriusnya masalah tersebut. Penyakit ini sangat mudah menular yaitu melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah disentuh oleh penderita.
Sampai 11 Juni 2009 kasus ini telah dilaporkan 74 negara dengan jumlah penderita 28.774 orang. Dari jumlah itu 144 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian setengah persen.

Hal itu disampaikan Menkes kepada para wartawan di ruang VIP Bandara Juanda Surabaya tanggal 12 Juni 2009 usai melakukan kunjungan kerja dua hari ke Jember dan Probolinggo, Jawa Timur.

Sampai saat ini di Indonesia belum ada kasus influenza A H1N1. Namun demikian dengan dinyatakannya penyakit tersebut pada fase pandemi, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan. Kewaspadaan dapat dilakukan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, menutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk, mencuci tangan pakai sabun setelah beraktifitas dan segera memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala flu, ujar Menkes.

Melalui surat edaran No. 422/Menkes/VI/2009 tanggal 12 Juni 2009, Menkes minta Gubernur mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di lingkungan Pemerintah provinsi, Kabupaten/kota, UPT Pusat di daerah, TNI dan Polri maupun bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat guna menjalin kemitraan dan kebersamaan dalam menghadapi pandemi influenza A H1N1. Selain itu, melakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggunakan media komunikasi yang ada guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat sehingga masyarakat waspada, tidak panik dan mengerti cara-cara mencegah dan tindakan yang seharusnya dilakukan bila sakit dan dicurigai menderita influenza H1N1.

Pada hari yang sama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama juga mengadakan pertemuan dengan para Kepala Dinas Kesehatan Prov, Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia di Surabaya untuk mensosialisasikan peningkatan status Influenza A H1N1 dari fase 5 ke fase 6.

Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes menegaskan cadangan obat oseltamivir untuk mencegah perkembangan virus flu burung yang juga dapat digunakan untuk influenza A H1N1 sangat cukup.

Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, ujar Menkes sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan enam langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza H1N1, yaitu pengamatan penyakit di terminal kedatangan internasional dengan memasang thermal scanner dan pemberian kartu Health Alert Card, meningkatkan surveilans penyakit serupa influenza (ILI) dan pneumonia di 100 sentinel, menyiapkan oseltamivir, dan menyiapkan 100 rumah sakit rujukan, menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan sampel dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas, ujar Menkes.

Menurut Menkes, upaya-upaya tersebut dilakukan agar masyarakat lebih meningkat kewaspadaannya terhadap penyakit Influenza A H1N1 dengan status pandemi. Penyakit ini menular antar manusia, walaupun angka kematiannya rendah.

Dalam kesempatan tersebut Menkes didampingi Prof. Tjandra Yoga Adhitama, Dirjen P2PL Depkes, dr. H. Kiemas M. Akib Rahman, Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik dan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Komunikasi Publik Depkes.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Menkes: Omni Bukan Rumah Sakit Internasional

12 June 2009

Surabaya (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Siti Fadilah Supari, menegaskan bahwa Rumah Sakit (RS) Omni Internasional bukan rumah sakit internasional. "Saya akan berkoordinasi dengan Deplu untuk meninjau nama internasional yang dipakai beberapa rumah sakit," katanya usai konferensi pers tentang pemberlakukan status waspada virus H1N1 (flu babi) di Indonesia, Surabaya, Jumat.

Menkes menegaskan bahwa RS Omni International milik orang Indonesia.

"Masalahnya terkait kasus Prita (pencemaran nama baik) dan kasus itu sebenarnya sudah berlangsung setahun, sejak Agustus 2008, karena itu kita nggak bisa intervensi sampai kasusnya selesai," katanya.

Namun, jika kasusnya dalam ranah hukum sudah selesai dan RS Omni International dinyatakan bersalah, maka akan ada tindakan dalam ranah kesehatan.

"Saya sebenarnya sudah memanggil pimpinan RS Omni International bersama MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia). Bahkan saya sudah mengumpulkan data-data sebelum memanggil mereka," katanya.

Dalam pertemuan itu, pemerintah dan Omni sepakat menunggu proses hukum yang berlangsung, kemudian MKDKI yang akan memberikan rekomendasi kepada Menkes.

"Nanti, saya akan bertindak sesuai rekomendasi dari MKDKI itu. Yang jelas, saya juga akan menertibkan pemakaian nama internasional bagi rumah sakit swasta yang nggak ada kaitannya dengan lembaga internasional," katanya. (*)

Sumber: ANTARA
Baca Selengkapnya...

Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh per Hari

11 June 2009

Hampir dapat dipastikan, makanan sehari-hari orang Indonsia mengandung garam. Akan hambar rasanya sayur atau lauk pauk bila dimasak tanpa garam. Namun, garam merupakan salah satu bahan pangan yang harus dikurangi jika seseorang ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi). Meski masyarakat paham akan hal itu, sayangnya konsumsi garam di masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi yaitu mencapai 15 gram per hari dari yang dianjurkan 6 gram atau sekitar 1 sendok teh per hari.


Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.
Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Demikian disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), saat membuka Seminar Hipertensi dan Deteksi Dini Faktor Risikonya, di Jakarta, (11/6). Seminar ini merupakan rangkaian Hari Hipertensi Dunia 2009. Hari Hipertensi Dunia di peringati setiap tanggal 17 Mei. Tahun ini merupakan peringatan ketiga sejak dicanangkan WHO tahun 2005.

Menurut dr. Tjandra Yoga, hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Ditambahkan, sesungguhnya hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam. Olahraga teratur, sedapat mungkin mengatasi stres dan emosi. Hentikan kebiasaan merokok, Hindari minuman beralkohol. Periksa tekanan darah secara berkala; dan bila diperlukan makan obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur sesuai saran dokter.

Pemerintah memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit tidak menular. Sejak bulan Februari 2006 Departemen Kesehatan membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes melitus dan penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik dan degeneratif lainnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi.

Dr. Tjandra Yoga berharap, melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia.

Peringatan Hari Hipertensi Dunia 2009 mengangkat tema Konsumsi Garam Berlebihan dan Hipertensi: Keduanya Bahaya Diam-diam (Salt and High Blood Pressure: Two Silent Killer). Di Indonesia, Hari Hipertensi Dunia diperingati dengan berbagai kegiatan diantaranya seminar dan pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, osteoporosis, gula darah, tingkat stress, body fat analizer dan tes otak, serta konsultasi gizi.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks:021-5223002 dan 52960661, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Kasus Prita Masih Ditangani Oleh MKDKI

Kasus ketidakpuasan Sdri. Prita Mulyasari terhadap pelayanan RS Omni, saat ini oleh Departemen Kesehatan RI telah dilimpahkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) sebagai lembaga otonom dibawah Konsil Kedokteran Indonesia yang berwenang menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh dokter dan atau dokter gigi yang diadukan memberi sanksi disiplin.


Menurut Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik dr. Farid W. Husain, Sp.B(K) saat ditanya oleh beberapa media televisi, di ruang kerjanya (09/06/2009), pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah sakit bisa menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit terlebih dahulu. Apabila tidak ada respon dari rumah sakit, maka pasien bisa melaporkannya ke Depkes yang selanjutnya Depkes mengarahkan ke MKDKI sebagai lembaga independen.

Mengenai pemakaian nama Internasional pada RS Omni, dr. Farid Husain menjelaskan bahwa RS Omni awalnya diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum. Sedangkan pencantuman Internasional hanya sebagai nama saja, belum dilakukan akreditasi oleh Lembaga Internasional terhadap rumah sakit tersebut. Di Indonesia belum ada rumah sakit standar Internasional, karena untuk menuju standar Internasional harus ada akreditasi dan penilaian dari lembaga Internasional. Saat ini baru RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Sanglah sedang dipersiapkan sebagai rumah sakit kelas dunia (world class).

Menjawab pertanyaan media mengenai rekomendasi Komisi IX DPR RI tentang pencabutan RS Omni, Depkes RI menerima rekomendasi tersebut, namun masih menunggu rekomendasi atau hasil dari MKDKI sebagai bahan acuan untuk suatu keputusan, ujar dr. Farid Husain.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Pandemi Flu A H1N1 Sudah Sangat Dekat

10 June 2009

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menilai bahwa dunia "amat, sangat dekat" dengan wabah flu babi, dan menyatakan badan dunia tersebut berlomba mempersiapkan semua negara guna menghadapi situasi semacam itu. "Kita kian bertambah amat, sangat dekat," kata Asisten Direktur Jenderal WHO, Keiji Fukuda di Jenewa. Ia menyatakan bahwa di Victoria, Australia kini terdapat "sangat banyak kegiatan di tingkat masyarakat".

Berdasarkan panduan WHO, salah satu kriteria utama guna menghapuskan wabah ialah menguatkan masyarakat yang tersebar di wilayah di luar wilayah pertama tempat penyakit tersebut mulanya dilaporkan, dalam kasus itu, di luar wilayah Amerika.

Sejauh ini WHO belum mengubah tingkat siaga lima pada skala siaga enam tingkat, tindakan yang menunjukkan bahwa wabah "sudah dekat".

Panduan lembaga kesehatan PBB tersebut mulanya telah dipusatkan pada kriteria geografis guna membenarkan perubahan tingkat siaga.

Namun, negara anggota telah menyeru lembaga itu agar memperhitungkan anasir lain, seperti parahnya penyakit.

Pada Selasa, Fukuda meremehkan peran parahnya penyakit, dan mengatakan "dengan memasuki tahap enam, apa yang dimaksud ialah penyebaran virus itu berlanjut dan kegiatan telah menjadi mapan setidaknya di dua wilayah di dunia.

Akan tetapi ketika ditanya apakah situasi di Australia, tempat 1.211 kasus penularan telah dicatat, mengharuskan perubahan tahap, Fukuda hanya mengatakan bahwa dunia "amat, sangat dekat" dengan wabah.

"Pengumuman perubahan tahap ... bukan semat-mata dilakukan di hadapan kamera pers atau sekedar membuat pengumuman. Itu benar-benar merupakan cara mempersiapkan dunia guna menghadapi keadaan," kata Fukuda. Ia menambahkan, "Sangat banyak pekerjaan harus dilakukan".

Semua itu meliputi jaminan bahwa semua negara menerima informasi dan alat guna menangani peningkatan jumlah pasien serta menghadapi pertanyaan dari masyarakat.

"Saat ini kamit merasa bahwa langkah dasar yang mesti dilakukan tersedia," katanya.

Fukuda, yang menjelaskan perubahan situasi flu babi di seluruh dunia, mengatakan 26.563 penularan termasuk 140 kematian telah dilaporkan ke lembaga kesehatan tersebut dari 73 negara.

Fukuda secara khusus menunjuk kepada situasi di masyarakat Inuit di Kanada, tempat "terjadinya banyak kasus serius".

"Saat ini, kami tahu lebih banyak, daripada dugaan, pemuda Inuit terserang penyakit serius dan harus dirawat di rumah sakit," katanya.

Fukuda mengatakan ia tak dapat menunjukkan alasan terjadinya kecenderungan itu."Kami tahu saat terjadi wabah pada masa lalu, masyarakat Inuit menghadapi pukulan yang sangat berat, itu sebabnya mengapa laporan ini membuat kami prihatin," katanya.

SUmber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Menkes Limpahkan Kasus Prita pada MKDKI

08 June 2009

Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada Sabtu, 6 Juni 2009 telah melimpahkan kasus yang dialami Sdri. Prita Mulyasari di RS Omni kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) setelah Menkes dan jajarannya mengundang pihak RS Omni dan mencermati permasalahannya. Saat ini permasalahan yang sampai ke pengadilan tentang pencemaran nama baik dan sedang ditangani di Pengadilan Negeri Tangerang. Untuk masalah pencemaran nama baik, Depkes tidak bisa campur tangan dan menyerahkan sepenuhnya pada proses hukum yang berlaku.


Tentang ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di RS Omni, Menkes telah mengirimkan Tim Investigasi ke RS Omni dan memanggil Direksi RS Omni dan staf yang terlibat ke Depkes untuk dimintai keterangan guna memperoleh kejelasan dan penjelasan kronologis terjadinya kasus tersebut.

Menkes minta MKDKI melakukan penilaian kasus Prita Mulyasari, apakah dokter di RS Omni yang memberikan pelayanan telah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran atau tidak. MKDKI merupakan lembaga otonom dibawah Konsil Kedokteran Indonesia yang berwenang menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh dokter dan atau dokter gigi yang diadukan memberi sanksi disiplin.

Pasal 55 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, menyatakan “ dalam rangka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi masyarakat sesuai dengan ketentuan perlu dilakukan pembinaan terhadap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran “. Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Konsil Kedokteran Indonesia dan organisasi profesi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk MKDKI.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

60 Merek Obat Tradisional dan Suplemen Makanan Dimusnahkan

Enam puluh jenis obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung bahan kimia obat (BKO) ditarik dan dimusnahkan. Obat tersebut terdiri dari 6 item obat tradisional pelangsing diantaranya Qianjiali Kapsul Pelangsing dan Lasmi Kapsul, 9 item obat tradisional dan suplemen makanan penambah stamina pria diantaranya New Idola Kapsul dan Purwoceng Serbuk, serta 45 obat tradisional lainnya seperti Pamong Raga Pegal Linu dan Gatal Eksim Serbuk. Selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Masyarakat diserukan agar tidak membeli dan mengkonsumsi obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung BKO karena membahayakan kesehatan antara lain hipertensi, gagal ginjal, jantung berdebar, dan kerusakan hati bahkan dapat menimbulkan kematian.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, Sp.FK saat jumpa pers dikantor BPOM Jakarta (4/6).

Ditambahkan, berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak Juni 2008 hingga Mei 2009, diketahui 60 item obat tradisional dan suplemen tersebut mengandung Sibutramin Hidroklorida, Sildenafil Sitrat, Tadalafil Deksametason, Fenilbutason, Asam Mefenamat, Metampiron dan Parasetamol.

Penggunaan bahan-bahan kimia obat tanpa pengawasan dokter dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi), denyut jantung meningkat, sulit tidur, kejang, penglihatan kabur, gangguan ginjal, sakit kepala, muka merah, pusing, mual, nyeri perut, gangguan penglihatan, infark miokard, nyeri dada, jantung berdebar, gula darah meningkat, glaukoma, gangguan pertumbuhan, tulang keropos, kelemahan otot. Selain itu juga dapat menimbulkan gagal ginjal, diare, tuka lambung, gangguan ginjal, dan kerusakan hati.

Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Menkes: Lapor ke Jalur yang Benar

05 June 2009

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menegaskan, masyarakat sebaiknya belajar dari kasus Prita Mulyasari. Apabila masyarakat tidak puas dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit, sebaiknya mengadu melalui jalur yang benar dan tidak asal menulis tanpa menyertakan bukti-bukti.

Siti Fadilah Supari, Kamis (4/6) di Lampung Selatan, mengatakan, ketika masyarakat berobat dan mendapat pelayanan kesehatan yang tidak memuaskan, masyarakat diperbolehkan mengadu kepada kepala dinas kesehatan setempat. Jika tetap tidak puas dengan penyelesaian masalah layanan kesehatan, masyarakat bisa mengadu ke Majelis Kehormatan Kedokteran Indonesia (MKKI).

”Saya sangat menyarankan masyarakat untuk menempuh jalur yang benar itu daripada menulis ke mana-mana tanpa bukti. Dampaknya seperti yang kita lihat pada kasus Prita ini,” ujar Siti Fadilah.

Menurut Siti Fadilah, ada kode etik yang mesti dipahami bersama. Ketika berobat, masyarakat berhak mendapat jawaban dari dokter mengenai obat yang diberikan dan efeknya kepada pasien. Demikian juga pasien berhak mengetahui diagnosis yang dilakukan dokter dan perlakuan seperti apa yang akan dilakukan dokter kepada pasien.

Namun, Menkes mengakui, apabila dokter tidak mau memberi tahu kepada pasien, Departemen Kesehatan sekali pun tak bisa memberi sanksi kepada dokter bersangkutan. ”Undang-undang tidak mengatur sanksi yang harus diberikan kepada dokter yang tidak mau memberi tahu obat atau efek obat atau diagnosis atas pasien,” ujar Siti Fadilah.

Kasus lain

Kasus lain juga terjadi. Akhir tahun lalu PT Sarana Meditama Metropolitan (yang mengelola RS Omni Internasional) juga melayangkan gugatan terhadap salah satu pasiennya karena alasan pembayaran tagihan. Pihak keluarga pasien belum membayar tagihan biaya perawatan karena menilai nilai tagihan tak wajar.

Pada Kamis kemarin, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menggelar sidang gugatan itu. Sedianya, sidang diisi dengan pembacaan putusan. Namun, Ketua Majelis Hakim Reno Listowo menunda pembacaan putusan karena terdapat pergantian hakim.

Kasus itu bermula ketika Abdullah Anggawie (almarhum) masuk ke RS Omni Medical Center (OMC), Pulo Mas, Jakarta Timur, pada 3 Mei 2007. Abdullah dirawat selama lebih kurang tiga bulan sampai akhirnya meninggal pada 5 Agustus 2007.

Saat meninggal, pihak RS mencatat masih ada tagihan sebesar Rp 427,268 juta. Total biaya perawatan selama tiga bulan mencapai Rp 552,268 juta. Pihak keluarga telah membayar uang muka Rp 125 juta sehingga tagihan tersisa Rp 427,268 juta.

Pada 24 November 2008, PT Sarana Meditama Metropolitan mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan dilayangkan kepada Tiem F Anggawi, PT Sinar Supra Internasional, yang berperan sebagai penjamin berdasarkan surat jaminan 28 Juni 2007, dan Joesoef Faisal yang bertindak sebagai penanggung jawab perawatan pasien Abdullah di RS.

Kuasa hukum pasien, Sri Puji Astuti, mengatakan, pihaknya sebenarnya bukan tidak bersedia membayar tagihan. Namun, pihaknya meminta RS mengeluarkan resume biaya dan rekam medis milik pasien terlebih dahulu. Namun, hingga kini rekam medis tersebut tidak diberikan.

”Sampai sekarang keluarga tidak tahu sakitnya apa. Selama tiga bulan perawatan itu pun tidak diberi tahu,” ujar Sri Puji Astuti. (hln/ana/jon/bay)

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Bicara Lama di Ponsel, Saraf Siku Terganggu

KOMPAS.Com - Telepon seluler (ponsel) memang sudah jadi bagian dari hidup kita. Tapi berhati-hatilah, sering bicara di ponsel terlalu lama bisa menyebabkan terganggunya saraf di bagian siku atau disebut penyakit sikut ponsel (cell phone elbow). Demikian peringatan yang dikeluarkan oleh dokter yang tergabung dalam American Orthopedic Specialist.

Donna Malloy (66) adalah salah satu penderita penyakit tersebut. Ia mengetahui adanya keanehan saat sedang bicara di ponsel selama berjam-jam, tiba-tiba saja tangannya terasa kebas dan tak bisa menggenggam benda. Semula ia berpikir hal itu disebabkan karena rematik.

Namun saat berobat, dokter mengatakan kondisi yang dialaminya itu merupakan cell phone elbow atau cubital tunnel syndrome dan disarankan untuk dioperasi. Cubital tunnel merupakan saluran saraf di bagian siku. Pasca operasi, kondisi Malloy memang lebih baik, namun kini ia selalu menggunakan headset saat bicara di ponsel.

Menurut Dr.Leon Benson, juru bicara American Academy of Orthopaedic Surgeon, penggunaan ponsel yang konstan dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan tekanan pada bagian ulnar nerves (saraf yang tidak dilindungi oleh otot atau tulang) dan menyebar ke bagian lengan bawah hingga tangan.

"Tekanan dan peregangan yang terus menerus pada saraf ibaratnya seperti saat kita menginjak selang air yang akan menghambat aliran air. Pada bagian siku, yang terhambat adalah aliran darah ke saraf, sehingga menyebabkan korsleting kecil," papar Benson. Makin sering sikut ditekuk, makin lama tekanan yang terjadi. Akibatnya makin macet juga aliran darah kita. "Saraf kita tidak didesain untuk ada dalam posisi teregang terlalu lama," tambahnya.

Penderita cell phone elbow ini umumnya mengalami gejala awal berupa rasa kebas, kesemutan, atau sakit di bagian lengan bawah dan tangan. Gejala-gejala tersebut akan bertambah menjadi hilangnya kekuatan otot, kordinasi dan mobilitas. Pada kondisi ini biasanya penderita merasa kesulitan untuk menulis atau mengetik.

Menurut Dr.Peter J.Evans, direktur Cleveland Clinic's Hand and Upper Extremity Center, bila tidak segera ditangani, kondisinya bisa menjadi kronis yang ditandai oleh jari manis menjadi kaku seperti posisi mencakar.

"Orang yang menderita penyakit ini biasanya akan merasa otot jari tangannya melemah, ia akan kesulitan melakukan banyak hal, seperti menulis, mengetik, membuka botol, atau memainkan piano," kata Evans.

Meski belum ada angka pasti berapa penderita penyakit cell phone elbow ini, namun para ahli menduga angka kejadiannya cukup tinggi mengingat saat ini ada 3,3 triliun telepon genggam yang beredar di seluruh dunia.

Selain karena penggunaan ponsel dalam waktu lama, Cubital tunnel syndrome juga bisa disebabkan oleh posisi tidur dengan posisi siku tertekuk, duduk dengan siku bertumpu di meja, atau menyetir mobil sambil menekuk siku di jendela dalam waktu lama.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Menkes Luruskan Kasus Prita

Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kecewa terhadap Detik Com karena beritanya tanggal 5 Juni 2009 dengan judul “ Menkes : Saya tidak bisa menjewer RS Omni” telah menimbulkan komentar masyarakat yang nadanya menghujat. Hal itu dikarenakan cara Detik Com mengutip pernyataan Menkes yang ditulis tidak utuh, hanya sepotong-sepotong sehingga beritanya ditafsirkan secara tidak benar.


Kepada para wartawan Menkes menjelaskan bahwa dalam kasus Sdri. Prita terdapat dua masalah yang berbeda. Pertama, masalah pencemaran nama baik terhadap RS Omni. Kedua, ketidakpuasan Sdri. Prita Mulyasari terhadap pelayanan RS Omni selama dia dirawat. Masalah pertama, karena diluar masalah kesehatan, Menkes tidak bisa campur tangan. Kasus inilah yang dimaksud/dikomentari Menkes, pihak Depkes tidak bisa menjewer RS Omni karena menyangkut masalah hukum (pencemaran nama baik).
Sedangkan kasus kedua, ketidakpuasan Sdri. Prita Mulyasari terhadap pelayanan RS Omni selama dia dirawat, mestinya dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat, atau ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) atau bisa juga ke Departemen Kesehatan.

“Kalau sebuah rumah sakit atau dokter terbukti melakukan malpraktik oleh MKDKI, Depkes baru bisa bertindak memberikan sanksi. Tetapi kalau kasusnya masalah pencemaran nama baik, Depkes tidak bisa berbuat apa-apa karena bukan masalah pelayanan kesehatan”. Seperti itu yang saya sampaikan, jangan diputus-putus, ujar Menkes.

Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang penyakitnya/keadaan kesehatannya dan tidakan medis yang telah dilakukan yang terdapat dalam rekam medis tetapi rekam medis tersebut tetap milik rumah sakit, ujar Menkes.

Dalam kasus Sdri. Prita, Depkes selama ini tidak pernah menerima laporan dari mana pun. “Saya mengetahui ada kasus ini dari media massa “, ujarnya. Kendati begitu, Menkes tidak tinggal diam karena telah mengirimkan tim ke RS Omni untuk memperoleh penjelasan tentang kronologis kejadian sebagai dasar untuk penerapan sanksi yang akan diberikan.

Selanjutnya, Depkes akan menelaah hasil temuan Tim. Apabila terdapat dugaan pelanggaran disiplin kedokteran akan dilimpahkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) sesuai dengan ketentuan UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, kata Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

WNI di Brasil Bebas Flu A-H1N1

04 June 2009

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 280 warga negara Indonesia yang ada di Brasil dalam keadaan sehat atau bebas influenza A-H1N1. Demikian laporan siaran pers Departemen Kesehatan Brasil yang disampaikan pembaca Kompas.com, S Sitorus, dari KBRI Brasil.

Siaran pers per 2 Juni 2009 ini menyebutkan bahwa terdapat 23 kasus konfirm flu A-H1N1 di seluruh Brasil, 9 di Sao Paulo, 7 di Rio de Janeiro, 4 di St Catarina, 1 di Tocatins, 1 di Mian Gerais, dan 1 di Rio Grando Sul.

Dari hasil pemantauan, sekitar 280 warga negara Indonesia yang ada di Brasil dalam keadaan sehat. Meski begitu, WNI yang melancong ke Brasil diminta agar meningkatkan kewaspadaan.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Hati-hati Menggunakan Peralatan Makan dari Melamin

03 June 2009

Masyarakat diminta berhati-hati menggunakan peralatan makan dari melamin karena berdasarkan hasil pemeriksaan Badan POM, 30 produk peralatan makan melamin berupa piring, mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan sodet yang beredar di Indonesia terbukti positif melepaskan formalin dan melamin yang berpotensi membahayakan kesehatan.


Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan POM Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, SpFK kepada para wartawan di Jakarta, Senin 1 Juni 2009 ketika mengumumkan Peringatan/Public Warning tentang Peralatan Makan dari Melamin.
Hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Badan POM terhadap 62 produk sampel peralatan makan melamin menemukan 30 produk yang positif melepaskan formalin dan melamin bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih lagi dalam keadaan panas. Kadar formalin yang dilepaskan produk-produk tersebut bervariasi, mulai dari kategori rendah (1 ppm) hingga kategori tinggi (161 ppm), kata Kepala Badan POM.

Lebih lanjut dikatakan, formalin dan melamin yang dilepaskan oleh peralatan makan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan karena bisa menyebabkan timbulnya kanker, batu ginjal, gagal ginjal, menyerang saluran kemih, serta rusaknya organ-organ tubuh dan menyebabkan kematian, ujar Dr. Husniah.

Secara kasat mata, produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan ini tidak dapat dibedakan dari produk sejenis yang tidak berbahaya, sehingga untuk mengetahui produk tersebut berbahaya atau tidak harus dilakukan pengujian di laboratorium.

Dari 30 produk yang terbukti positif mengeluarkan formalin tersebut, ada beberapa yang merupakan produk dalam negeri namun sebagian besarnya adalah produk impor dari negara Cina, dilihat dari tulisan yang ada di bagian belakang produk tersebut seperti “ZAK Designs China”, “Mei Shin Melamine”, dan “Melamine Ware Made In China”. Produk-produk yang dijadikan sampel ini ditemukan beredar di supermarket dan pasar-pasar tradisional.

Menanggapi mengenai banyaknya produk yang berbahaya beredar di Indonesia. Dr. Husniah mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa melakukan penarikan terhadap produk-produk melamin tersebut karena izin edarnya berasal dari Departemen Perdagangan & Perindustrian. Untuk menindaklajutinya Badan POM telah melaporkan hasil temuan ini dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait agar produk-produk yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat ini tidak lagi beredar di Indonesia, ujar Dr. Husniah.

Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

4 Produk Dendeng/Abon Positif Mengandung DNA Babi

4 produk dendeng/abon dinyatakan positif mengandung DNA babi. Keempat produk tersebut adalah: 1. Dendeng Sapi Dua Daun Cabe Kwalitet Istimewa, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, 2. Dendeng Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, 3. Dendeng Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa–Giling, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, serta 4. Dendeng/Abon Sapi Spesial Dua Dinar, kemasan 80 gram, no. pendaftaran 0365/10/01/95, produksi Bandung. Selanjutnya Badan POM telah memerintahkan Balai Besar/Balai POM RI di seluruh Indonesia untuk melakukan penarikan dan pemusnahan terhadap keempat produk tersebut.


Demikian penjelasan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI (Badan POM RI), Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK, kepada para wartawan tanggal 1 Juni 2009 di Jakarta.
Menurut Dr. Husniah, keempat produk yang mengandung DNA babi tersebut ditemukan setelah Badan POM melakukan sampling dan pengujian lanjutan atas 34 produk hasil olah daging yang terdiri dari 14 dendeng sapi dan 20 abon sapi. Padahal keempat produk yang diharamkan umat Islam tersebut mencantumkan logo “Halal” pada kemasannya.

Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) selaku institusi yang berwenang menentukan halal atau tidaknya sebuah produk tidak pernah mengeluarkan sertifikat halal kepada produsen dendeng/abon tersebut, ujar Dr. Husniah.

Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Awas, Pandemi Flu Babi!

JENEWA, KOMPAS.com - Terus meluasnya flu H1N1 di Inggris, Spanyol, Jepang, Chile dan Australia telah menggerakkan dunia lebih dekat ke kesiapsiagaan tertinggi wabah virus itu, seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia WHO) mengatakan.

"Ada sejumlah negara yang tampaknya berada pada transisi, bergerak dari kasus-kasus yang berkaitan dengan perjalanan ke tipe perluasan pada masyarakat yang lebih menetap," Keiji Fukuda, penjabat asisten direktur jenderal WHO, mengatakan pada wartawan dalam konferensi jarak jauh.

"Mereka pada transisi dan belum benar-benar di sana, itulah mengapa kita belum pada tingkat enam," kata Fukuda. Tingkat kesiapsiagaan sekarang ini adalah lima, yang berarti wabah itu "sudah dekat".

Menurut perhitungan terakhir WHO, virus flu baru yang dikenal sebagai flu babi itu telah ditemukan di 64 negara, dan tetap paling merata di Amerika Utara. Laboratorium WHO telah mengkonfirmasi hampir 19.000 infeksi termasuk di 117 orang yang telah meninggal.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Kasus Prita Bikin Perusahaan Lebih Berhati-Hati

BANDUNG, KOMPAS.com — Kasus Prita Mulyasari diperkirakan membuat perusahaan yang akan mengambil tindakan berlebihan terhadap konsumen menjadi lebih berhati-hati. Perusahaan terutama rumah sakit juga akan melayani konsumennya lebih baik. Anggota Unsur Konsumen Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bandung, Cecep Suhaeli, di Bandung, Rabu (3/6), mengatakan, Prita bisa dianggap berjasa karena perusahaan akan meningkatkan pelayanannya dan berpikir-pikir dulu sebelum mengambil tindakan hukum.

Menurut Cecep, internet sebagai media bagi Prita untuk menyampaikan keluhan mengenai kurang memuaskannya pelayanan Rumah Sakit Omni International Alam Sutra Tangerang adalah saluran publik yang wajar dalam mengutarakan persoalan sehari-hari.

"Bila dibiarkan, keputusan penjara terhadap Prita membuat masyarakat takut mengadu. Padahal, pengaduan adalah hak konsumen. Mungkin Prita merasa sudah buntu. Selama ini, banyak keluhan dengan internet dan tak apa-apa. Kalau internet sebagai lubang disumbat, ada yang salah," katanya.

"Pihak Rumah Sakit Omni International Alam Sutra seharusnya berkomunikasi untuk mengoreksi kesalahpahaman yang terjadi dan mencari solusinya. Kalau rumah sakit merasa benar, tinggal diklarifikasikan kepada publik," kata Cecep.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

PWNU Jatim Haramkan Makanan Berformalin

SURABAYA, KOMPAS.com - Peserta bahtsul masail (diskusi keagamaan) pada Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) I Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur sepakat mengharamkan makanan yang mengandung formalin untuk dikonsumsi, diproduksi, dan diperdagangkan.

"Itu sesuai dengan hadits nabi yang menyatakan tidak boleh melakukan tindakan yang membahayakan orang lain," kata Katib (sekretaris) Syuriah PWNU Jatim KH drs Syarifudin Syarif setelah bahtsul masail PWNU Jatim di Balai Diklat Depag Jatim di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, mengkonsumsi dan memproduksi makanan olahan dengan campuran bahan seperti bahan kimia secara medis berbahaya untuk kesehatan, karena bahan kimia akan memicu penyakit dalam waktu dekat maupun selang beberapa tahun.

"Karena itu, kami mengimbau BBPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan) untuk mengawasi makanan yang beredar di pasaran yang mengandung bahan kimia," katanya.

Bila mereka menemukan bahan atau makanan yang mengandung bahan kimia, maka makanan itu harus ditarik dari peredaran dengan memberlakukan sanksi kepada pihak yang sengaja memproduksi makanan dan mengedarkannya.

"Bahan kimia yang biasanya ada dalam makanan adalah formalin, bleng, boraks, melamin, dan zat pewarna yang berfungsi untuk mengawetkan, pemberi rasa, dan pengembang masakan. Makanan kedaluwarsa juga membahayakan kesehatan," katanya.

BBPOM dalam investigasi dan pengujian laboratorium mencatat 56 persen dari 98 sampel bahan makanan dinyatakan positif mengandung formalin.

Penggunaan formalin sebagai pengawet makanan itu sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, namun bahan makanan berformalin itu ada di pasar tradisional dan toko serba ada.

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

Selain itu, kandungan formalin yang tinggi juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan).

Dampak formalin pada kesehatan manusia antara lain efek pada kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing.

Bahtsul masail diikuti sepuluh kiai, di antaranya KH Anwar Manshur, KH Yasin Asmuni, KH Hasyim Abbas, KH Abdullah Syamsul Arifin, Syafrudin Syarif, KH Imam Syuhada, KH Asyhar Ahofwan, KH Azizi Chasbulloh, KH Muhibbul Amal, dan KH Romadlon Khotib.

Selain melakukan diskusi keagamaan, Muskerwil I PWNU Jatim pada 2-3 Juni itu juga membahas pemberdayaan organisasi NU, pengembangan pendidikan, teknologi informasi, pemberdayaan ekonomi umat, pelayanan sosial, kesehatan dan tenaga kerja, pengembangan dakwah pemikiran keagamaan, mobilisasi dana, dan pengelolaannya.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

Suami Sehat, Keluarga Bahagia

02 June 2009

Pria dan wanita memang berbeda. Perbedaan itu tidak cuma berlaku dalam peran biologis saja. Tetapi juga dalam menghadapi risiko penyakit. Ironisnya, kaum Adam sering kali menyembunyikan penyakit yang tengah ia derita. Ia juga sering menganggap enteng berbagai gejala yang dialami. Kenali kemungkinan penyakit dari ciri-ciri yang dikeluhkannya.

Sering buang air kecil belakangan ini
Terutama pada malam hari. Sering buang air kecil bisa menjadi tanda berbagai penyakit. Di antaranya adalah diabetes, batu ginjal, infeksi kandung kemih, dan pembengkakan prostat. Penyakit yang disebutkan terakhir kerap diderita oleh pria dewasa berusia di atas 40 tahun, demikian rilis berita Departemen Kesehatan RI.

Pembengkakan prostat biasanya disertai pancaran urin lemah, nyeri dan tidak tuntas ketika buang air kecil, serta sakit waktu ejakulasi, demikian menurut dr.Rajesh Kalwani, Sp.PD, dari RS.Pantai Indah Kapuk.

Faktor usia sering jadi pemicu pembesaran prostat. Risiko akan membesar pada pria yang
menjalani gaya hidup tidak sehat, seperti sering minum alkohol dan kafein. Untuk mengatasinya, ingatkan suami untuk menghindari faktor pemicu. Sebab pembesaran prostat adalah sesuatu yang alamiah. Sempatkan diri untuk mendampingi suami melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, setidaknya sebulan sekali. Sarankan suami agar rajin berolahraga. Olahraga dapat menguatkan otot panggul yang menyangga organ kandung kemih.

Merasa nyeri di persendian
Rasa pegal-pegal yang dialami, terutama di bagian persendian, tidak saja datang ketika ia usai bekerja berat tetapi juga saat malam hari ketika sedang relaks di kamar tidur. Ada yang menganggap nyeri dan pegal di persendian sebagai kelelahan biasa, tapi ada juga yang mengaitkannya dengan rematik. Padahal menurut dr. Rajesh, bisa jadi itu pertanda datangnya rematik. Penyakit ini banyak jenisnya. Salah satunya, rematik asam urat.

Rematik asam urat lebih sering menyerang pria dewasa dibanding wanita. Sebab, wanita memiliki hormon estrogen yang membantu membuang kelebihan asam urat melalui
air seni. Selain nyeri sendi, rematik asam urat ditandai dengan gejala kesemutan, bagian persendian terlihat membengkak dan bersemu merah.

PEMICU: Sering mengonsumsi makanan yang mengandung purin sangat tinggi. Misalnya, jeroan, santan, daging berlemak, udang, cumi, kepiting dan makanan yang diolah dengan minyak. Di dalam tubuh, purin teroksidasi menjadi asam urat. "Dalam kondisi normal, asam urat dikeluarkan oleh tubuh melalui air seni dan keringat. Namun pengeluaran asam urat bisa terganggu jika ginjal terganggu dan konsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan," jelas dr. Rajesh.

Membatasi asupan bisa kita jadikan solusi. Cukup sekitar 100-150 mg per hari. Hampir semua bahan pangan sumber protein mengandung purin. Karena itu, perbanyaklah menu yang terbuat dari sayur. Penggunaan obat dokter dapat menggantikan diet ketat purin bagi yang sulit menghindari sumber protein. Jangan lupa, ingatkan suami untuk memeriksakan kadar asam uratnya secara berkala. Kadar asam urat normal yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah 6,5 mg%.

Kerap sakit kepala dan sulit berkonsentrasi
Suami tiba-tiba mudah marah? Itu ada alasannya. Apalagi jika ia sering mengeluh sakit kepala. Kita mungkin menyangka dia sedang stres atau terkena gejala flu. Gangguan berkonsentrasi juga sering kita hubungkan dengan faktor usia yang bertambah. Padahal, mungkin saja dua gejala itu adalah sinyal tekanan darah tinggi.

Menurut Larry A. Weinrauch, MD, asisten profesor bidang medis Harvard Medical School, gejala darah tinggi sebenarnya tidak bisa dideskripsikan secara khusus karena sangat beragam. Terkadang tersamar dengan penyakit lain. Beberapa gejala lain yang mungkin menyertai tekanan darah tinggi adalah mual, jantung berdebar, sakit di bagian tengkuk, dan sering lelah.

PEMICU: Stres berkepanjangan. Stres membuat jantung memompa darah dengan lebih cepat. Selain stres, makanan berlemak, rokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkhol yang berlebihan juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Stres bisa diatasi dengan menerapkan pola hidup sehat di rumah. Batasi pemakaian garam karena mengandung sodium yang dapat menaikkan tekanan dan volume darah. Asupan sodium kita tidak boleh lebih dari 1,5-2,5 gram per hari atau setara dengan 4-6 sendok teh.

Selalu kelaparan
Jangan senang dulu kalau akhir-akhir ini nafsu makan suami bertambah. Belum tentu itu karena kita semakin pandai memasak. Peningkatan nafsu makan bisa merupakan gejala berbagai penyakit seperti hipertiroid, stres, ketidakseimbangan hormon, atau diabetes.

Untuk kasus diabetes melitus, meningkatnya nafsu makan bukan satu-satunya gejala. Menurut dr.Rajesh, gejala lainnya antara lain sering haus, buang air kecil, gatal-gatal di daerah genital, dan mudah merasa lelah.

Pemicu: Kolesterol tinggi. Diabetes sendiri tidak bisa disembuhkan. Yang bisa kita lakukan adalah mengatur pola hidup yang baik. Misalnya dengan mengurangi penggunaan gula di rumah. Plus, dengan tidak menyediakan makanan berlemak. Jika suami sudah terlanjur menderita diabetes, dampingi dia saat perawatan.

Jadi susah tidur
Termasuk sering terbangun dengan mulut dan tenggorokan yang kering, atau mengalami sakit kepala saat bangun pagi. Yang juga ia alami tapi sering tidak disadari: Mendengkur. Ini bukan kebiasaan yang bisa dianggap enteng.

Menurut penelitian di Hungaria yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep, mendengkur dapat meningkatkan risiko serangan jantung pada orang yang mengalami kegemukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mayo Foundation for Medical Education Research menyebutkan bahwa mendengkur merupakan gejala berbagai penyakit.

Penyakit yang berhubungan dengan mendengkur adalah polip, alergi, kecanduan alkohol, obesitas dan sleep apnea (gangguan tidur berat yang ditandai dengan terhentinya napas). Hal ini terjadi berulang kali sepanjang tidur.

PEMICU: Posisi tidur yang salah. Menurut David Zieve, MD, MHA., direktur medis American Accreditation HealthCare Commission, gravitasi membuat saluran napas menyempit. Akibatnya adalah kesulitan bernapas. Faktor pemicu lain sleep apnea adalah jenis kelamin, obesitas, genetik, usia dan kecanduan alkohol.

Mengingat suami tidak pernah menyadari bahwa ia mendengkur, maka istri harus banyak berperan. Jangan bosan mengingatkannya untuk tidur dalam posisi miring. Atau bangunkan dia ketika Anda mendapatinya tidur mendengkur di malam hari. Lalu, minta dia mengubah posisi. Menurut Zieve, mengubah posisi tidur tidak banyak membantu jika suami obesitas. Dorong dia untuk berusaha menurunkan berat badan.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

PM Palestina Sampaikan Terima Kasih Pada Menkes

Bogor (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Palestina Ismail Haniya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari atas dukungan yang telah diberikan melalui MER-C Indonesia untuk rakyat Palestina dalam menghadapi agresi Israel. "Selain itu, PM Palestina secara resmi juga menyatakan dukungannya pada program pembangunan `Rumah Sakit Indonesia di Gaza`," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad yang menghubungi ANTARA, Selasa pagi.

Organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia bersama unsur pemerintah Indonesia yang tergabung dalam misi kemanusiaan dipimpin Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes dr Rustam S Pakaya, MPH telah membantu warga Palestina di Gaza yang menjadi korban agresi militer Israel.

Kini, MER-C Indonesia juga sedang menyiapkan sebuah bantuan berbentuk "Rumah Sakit Indonesia di Gaza". Tidak kurang dari 15 lembaga non-pemerintah lainnya telah memberikan dukungan untuk mewujudkan pembangunan rumah sakit tersebut.

Sarbini menjelaskan bahwa dukungan PM Palestina itu dinyatakan melalui surat tertulis yang ditujukan kepada Ketua Tim 2 MER-C untuk Palestina, dr Arief Rachman, tanggal 3 Mei 2009.

Surat dukungan dan ucapan terima kasih tertulis juga diberikan PM Ismail Haniya pada Menkes RI Siti Fadilah Supari. Kedua surat itu dibawa oleh dua relawan MER-C terakhir, yakni dr Arief Rachman dan Abdillah Onim, yang keluar dari Gaza pada hari Selasa (5/5) dan kini telah kembali ke Tanah Air.

Selain membawa surat persetujuan dari PM Palestina, tim juga membawa surat dukungan dari Menteri Kesehatan (Acting Minister) di Gaza Palestina, dr Bassim Naim.

Dalam suratnya, Ismail Haniya atas nama pemerintah dan rakyat Palestina mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas dukungan yang telah diberikan rakyat Indonesia melalui MER-C Indonesia untuk rakyat Palestina dalam menghadapi agresi militer Israel.

Sementara itu, Kepala PPK Depkes Rustam S Pakaya saat ditanya mengenai surat peryataan dari PM Palestina itu menyambut baik atas apresiasi kepada Menkes Siti Fadilah Supari.

"Tentu saja apresiasi dari PM Palestina itu kami sambut hangat," katanya.

Ia juga menambahkan bahwa sebenarnya saat ini tim pencari fakta dari lintas departemen di Indonesia bersama MER-C Indonesia sudah disiapkan untuk menuju ke Gaza melalui pintu Rafah di perbatasan Mesir-Palestina, namun masih menunggu proses perizinan visa untuk dapat masuk.

"Informasi yang selalu kita ikuti, pintu perbatasan di Rafah masih ditutup, sehingga masih menunggu perkembangan di sana," kata Rustam.

Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Soesilo Maret lalu menyatakan bahwa pemerintah segera membentuk tim teknis sebagai hasil konferensi Mesir, yakni Konferensi Internasional Rekonstruksi Gaza di Sharm El Sheikh, Mesir, pada 2 Maret 2009.

Hal itu sudah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan kemudian dilakukan pertemuan untuk membahas masalah itu sekaligus membentuk tim teknis. Tim ini akan berangkat ke Gaza untuk memetakan
kebutuhan bantuan.

Menurut dia, anggota tim teknis tersebut antara lain akan terdiri atas perwakilan dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Depkes, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), DPU, MER-C dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias.(*)

COPYRIGHT © 2009 ANTARA

PubDate: 02/06/09 20:07

Baca Selengkapnya...

Menkes Resmikan 27 Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Kabupaten Magelang

01 June 2009

Kamis (28/5/2009), Menteri Kesehatan RI Dr. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) meresmikan 27 Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa di Kabupaten Magelang. Acara tersebut diawali dengan peresmian gedung Pos Kesehatan Desa di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.


Dalam sambutannya, Menkes mengatakan bahwa Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan sampai saat ini secara berkesinambungan, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah mencapai keberhasilan dalam meningkatkan status kesehatan. Meskipun hasilnya belum optimal, tetapi telah banyak dirasakan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari usaha-usaha para kader membantu pemerintah dalam melaksanakan program-program kesehatan. Tanpa kader, program dirasakan tidak akan sampai manfaatnya kepada rakyat, ujar Menkes.

Berkaitan dengan Desa Siaga, Menkes menjelaskan bahwa Desa Siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kemampuan dan kesiapan sumberdaya untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri yang disebabkan oleh bencana maupun penyakit. Desa Siaga adalah bentuk pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang merupakan upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di desa sekaligus memberdayakan masyarakat.

Tujuan Desa Siaga menurut Menkes adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Bentuk pelayanan kesehatan ditandai oleh berdirinya Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes minimal memiliki tenaga kesehatan yaitu satu bidan dan dua orang kader kesehatan.

Pembentukan Desa Siaga tentu saja bukan hanya membangun sarana fisik, pemasangan baliho, atau penggantian papan nama Polindes menjadi Poskesdes, tetapi pada menggerakkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam upaya : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap masalah kesehatan di desa, ujar Menkes.

Menurut Menkes, memang tidak mudah mengembangkan Desa Siaga. Setelah berhasil kita bangun, merupakan tanggung jawab bersama agar Desa Siaga berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Menkes berharap Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Magelang agar terus memberi dukungan yang berkelanjutan dalam pembinaan, dukungan sarana dan prasarana, serta anggaran operasional dalam pengembangan Desa Siaga secara optimal.

Bupati Magelang IR. H. Singgih Sanyoto dalam laporannya mengatakan jika tahun-tahun yang lalu Menkes berkunjung dalam rangka memberikan arahan dan pencanangan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) serta santri siaga, maka tahun ini pencanangan Desa Siaga dalam rangka gerakan masyarakat menuju Kabupaten Magelang Sehat. Diharapkan setelah terbentuknya Desa Siaga, maka peran forum kesehatan desa (FKD) melalui survey mawas diri dan musyawarah mufakat desa (MMD) akan terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 telah dilaksanakan melalui dukungan dana APBD Kab Magelang sebesar Rp. 175 Juta dan APBN 2008 sebesar Rp. 95 Juta serta dana bantuan sosial untuk operasional desa siaga dan pos kesehatan desa sebesar Rp. 613 Juta untuk 372 Desa/Kelurahan di Kab Magelang, tambah Ir. Singgih.

Menurut Ir. Singgih, sampai akhir 2008 sudah 372 desa dan kelurahan menjadi Desa Siaga dengan jumlah forum kesehatan desa yang terbentuk sebanyak 280 Desa di Kabupaten Magelang. Sedangkan sarana pelayanan kesehatan desa telah terbentuk 189 Pos Kesehatan Desa, baik yang dikembangkan melalui APBD 1, APBD 2, APBN, maupun lembaga swadaya masyarakat.

Ir. Singgih berharap, semua komponen masyarakat dapat ikut berperan dalam proses penggerakan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan secara mandiri. Selain itu, bagi swadaya masyarakat serta relawan disampaikan ucapan terima kasih atas partisipasinya dalam kegiatan ini dan diharapkan juga dapat berperan aktif dengan melakukan pengawasan sosial terhadap kegiatan lain seperti asuransi kesehatan keluarga miskin khususnya, proses pendataan yang akurat sehingga mengurangi permasalahan Jamkesmas.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Derajat Kesehatan dan Status Gizi Masyarakat 4 Tahun Terakhir Membaik

Dalam empat tahun terakhir, derajat kesehatan dan status gizi masyarakat Indonesia telah semakin membaik. Hal ini ditandai dengan berhasil diturunkannya Angka Kematian Ibu dari 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 26,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan prevalensi gizi kurang 23,2% pada tahun 2003 menjadi 18,4% tahun 2007


Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras kita semua termasuk jerih payah kader Posyandu di seluruh Indonesia yang tidak pernah mengenal lelah dan dengan sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk upaya perbaikan gizi keluarga, imunisasi, kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, penanggulangan diare dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat.

Hal itu disampaikan Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono ketika membuka Temu Kader Menuju Pemantapan Posyandu Tahun 2009 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta (29/5). Temu Kader Posyandu dihadiri 1.200 kader dari Sabang sampai Merauke ditandai penyematan pin secara simbolis kepada 7 kader sebagai penghagaan pemerintah atas upaya-upaya yang dilakukan para kader Posyandu. Tujuh kader tersebut merupakan perwakilan dari peserta yakni Lindawati (NAD), Atikah Bachtiar (Maluku Utara), Oni Mulyadi (Sulawesi Tengah), Weni Sumara Asih (DIY), Maria Slamet (NTB), Naomi (Papua Barat), dan Made Saidana (Bali).

Dihadapan para kader Posyandu, Ibu Negara mengingatkan kembali tujuh pesan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan dalam Pekan Kesehatan Nasional pada tanggal 18 Juni 2005 di Karanganyar, Jawa Tengah. Ketujuh pesan tersebut adalah aktifkan kembali Posyandu, periksakan ibu hamil minimal 4 kali selama masa kehamilan, berikan imunisasi lengkap kepada bayi, timbanglah bayi dan balita setiap bulan, berantaslah jentik nyamuk dengan 3 M plus, menjaga lingkungan agar tetap bersih, dan ikuti program Keluarga Berencana.

Lebih lanjut dikatakan, temu kader tingkat nasional ini merupakan forum yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja kader melalui berbagi pengalaman suka dan duka dalam mengelola Posyandu, sekaligus sebagai ajang untuk menumbuhkan motivasi dan semangat kebersamaan kader dalam rangka mendukung program pemerintah untuk kesejahteraan rakyat utamanya kelompok rentan yaitu ibu dan anak.

Ibu Negara mengajak para kader untuk tidak terlena dan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai. Tantangan ke depan semakin kompleks dan semakin diperberat dengan krisis ekonomi dunia dan terjadinya pemanasan global, sehingga perlu diwaspadai dampak negatifnya bagi rakyat Indonesia, terutama masyarakat yang kurang beruntung.

Menurut ibu Negara, dengan jumlah Posyandu sebanyak 267 ribu yang tersebar di seluruh pelosok desa di tanah air dengan minimal 5 orang kader aktif, maka ada 1,2 juta kader. Oleh karena itu, para kader Posyandu yang sebagian besar perempuan dapat menggerakkan kaum ibu dan anak balitanya datang ke Posyandu guna mendapatkan pelayanan gizi dan kesehatan serta pelayanan lainnya yang tersedia di Posyandu.

Keberhasilan Posyandu dalam program gizi dan imunisasi telah diakui bahkan dicontoh oleh negara-negara berkembang lain di dunia. Saya mengharapkan lanjutkan yang sudah baik, bahkan tingkatkan dengan berbagai kegiatan inovatif yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan dengan memperhatikan kearifan lokal, tambah Ibu Negara.

Selain itu, tambah Hj. Ani Yudhoyono, adanya Desa Siaga merupakan pintu masuk untuk mengembangkan berbagai upaya terobosan dalam mempercepat terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Upayanya meliputi kesiagaan masyarakat menghadapi dan mengatasi bencana, kejadian luar biasa penyakit menular dan gizi buruk. Menyiapkan makanan tambahan bergizi menggunakan bahan pangan lokal yang murah dan tersedia, agar dapat dipraktekkan sendiri di rumah. Serta pemanfaatan tanah pekarangan untuk tanaman obat keluarga, sayuran, maupun ternak, yang hasilnya dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, juga dijual untuk menambah penghasilan keluarga.

Dalam acara Temu Kader ini, diakhiri dialog dengan 4 orang kader dari Provinsi NTT, Yogyakarta, Papua, dan Jawa Tengah.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes
Baca Selengkapnya...

Cegah Flu dengan Pikiran Positif

KOMPAS.com — Demikian anjuran dari dr Janice Kiecolt-Glaser, profesor bidang Ilmu Kejiwaan di Ohio State University College of Medicine. Menurut Janice, sistem kekebalan tubuh dan kondisi emosi seseorang memiliki hubungan yang erat. Kalau kita berpikir positif, maka sel-sel dan cairan kekebalan tubuh ikut meningkat. Hasilnya, tubuh kita jadi lebih kebal terhadap virus flu dan akan lebih cepat sembuh ketika terkena flu.

Supaya manfaat pikiran positif lebih maksimal, imbangi dengan menjaga pola hidup sehat lainnya. Misalnya, cukupi kebutuhan tubuh akan vitamin C, cuci tangan seusai melakukan aktivitas apa pun, serta hindari memegang wajah terlalu sering. Sebab, virus flu dapat masuk melalui mata, hidung, dan mulut. Kalau daya tahan tubuh meningkat, kita juga akan terlihat 6 tahun lebih muda.

Sumber: KOMPAS
Baca Selengkapnya...

 
 
 
 
Copyright © MF Nurhuda Y