WHO Minta Masyarakat Waspadai Munculnya Resistensi Obat

28 September 2009

Jenewa, KOMPAS - Penggunaan obat antivirus untuk influenza A-H1N1 sejak dini sangat membantu penanganan penyakit itu, tetapi para tenaga kesehatan harus waspada dan berhati-hati agar tidak terjadi resistensi obat. Demikian terungkap dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia untuk PBB (WHO), pekan lalu.

Resistensi terhadap antivirus H1N1 mulai dilaporkan terjadi secara sporadis. Namun, diduga kasus resistensi belum meluas. Monitoring global WHO mendeteksi 28 virus resistan sejauh ini. Di masing-masing kasus, virus menjadi resistan pada oseltamivir, tetapi tidak zanamivir.

Tenaga kesehatan di berbagai negara semakin berpengalaman dalam menggunakan obat seperti oseltavimir yang diproduksi sebagai Tamiflu oleh Roche Holding dan Gilead Sciences serta zanamivir, obat hirup produksi Relenza oleh GlaxoSmithKline.

Para pekerja kesehatan, berdasarkan pengalaman, mengetahui bahwa pemberian secara dini obat-obat tersebut pada pasien yang diduga terkena influenza A- H1N1 atau mempunyai gejala awal penyakit tersebut mengurangi risiko dan komplikasi.

Kualitas kesehatan pasien dengan penyakit yang parah juga meningkat. Pengalaman-pengalaman di lapangan tersebut kemudian mengabaikan pentingnya menjaga efektivitas obat.

Obat seringkali diberikan kepada pasien dengan kondisi tubuh baik dan gejala ringan yang diduga influenza A-H1N1. Padahal, pasien berkondisi tubuh baik yang datang dengan gejala ringan itu sebetulnya dapat pulih tanpa pengobatan.

Adapun anak-anak, wanita hamil, dan pasien dengan penyakit tertentu, seperti asma, diabetes, dan persoalan kekebalan tubuh, berpotensi penyakitnya menjadi semakin parah atau berujung kematian.

Risiko resistensi obat terutama tinggi terhadap orang berkekebalan tubuh lemah, yang sebelumnya pernah ditangani dengan menggunakan oseltamivir atau orang yang menggunakan antivirus sebagai prophylactic atau terapi pencegahan.

WHO mengimbau petugas kesehatan perlu menginvestigasi apakah telah terjadi resistensi. Jika terjadi resistensi, perlu diteliti sejauh mana resistensi terhadap obat itu telah menyebar.

Untuk negara berkembang

Koordinator Penanganan Kemunculan Variasi Flu Baru WHO, Dr David Nabarro, mengatakan, sejumlah negara maju setuju membagi vaksin influenza A-H1N1 mereka kepada negara berkembang.

Negara-negara berkembang sangat rentan terhadap influenza A-H1N1 karena tingginya angka penderita malaria, HIV/AIDS, dan tuberkulosis.

Produsen obat hanya dapat membuat vaksin A-H1N1 bagi separuh penduduk dunia per tahunnya. Dengan demikian, setiap negara harus membuat pilihan mengenai siapa penduduk yang akan mendapatkan vaksin itu.

Sebuah laporan hasil pertemuan di New York, Amerika Serikat, yang dipimpin Direktur Jenderal WHO Margaret Chan, menyebutkan, 85 negara berkembang akan benar-benar bergantung kepada donasi vaksin itu.

Negara-negara berkembang tersebut membutuhkan 1,48 miliar dollar AS per tahun untuk menghadapi pandemi H1N1, beberapa tahun ke depan. Sebagian besar dana itu akan digunakan untuk vaksin dan obat.

Sumber: KOMPAS

4 komentar:

Unknown said...

Menggembirakan karena WHO mengijinkan penggunaan antivirus inflluenza A-H1N1. Tapi menyedihkan karena menghawatirkan terjadinya resistensi.

Penggunaan antivirus Influenza A-H1NI telah diijinkan oleh WHO sejak dini sebelum penyakit tersebut menjadi parah, tapi persoalannya bisa tidak pribadi kita mendeteksi sejak dini karena indikasi virus influenza biasa dengan influenza A-H1N1 hampir sama.

Meskipun kita diperbolehkan menggunakan anti virus influenza A-H1N1 tapi kita harus tetap waspada bahkan kalau perlu ditingkatkan lagi karena negara kita yang tercinta ini termasuk negara berkembang yang sangat rentan terhadap penyebaran virus influenza ini.

Unknown said...

Munculnya obat Tamiflu. Apa nantinya tidak dihawatirkan muncul obat Tamiflu-tamiflu yang lain alias ASPAL. Karena saat ini obat Tamiflu sangat dibutuhkan akan tetapi produksinya terbatas.

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya...
Untuk berkomentar, ketik di sini, nanti akan kami moderasi komentar Anda.

 
 
 
 
Copyright © MF Nurhuda Y