14 November 2009
SURABAYA, KOMPAS.com - Problem gizi di Indonesia sudah dalam tingkat "gawat" atau memprihatinkan karena fenomena kurang gizi justru seperti tidak tampak, tetapi nyata adanya. Demikian dikatakan Ketua DPD Persagi (Persatuan Ahli Gizi) Jawa Timur Andrianto M.Kes di sela-sela Kongres Nasional XIV dan Temu Ilimiah Persagi di Surabaya, Sabtu (14/11).
Menurut Adrianto, fenomena yang tidak tampak tersebut di antaranya adalah masih tingginya kasus stunted (tubuh pendek) di kalangan balita akibat buruknya asupan gizi. "Pada tingkat nasional, lebih dari tiga puluh persen balita mengalami stunted (pertumbuhan tinggi badan tak sesuai pertambahan usia), akibat rendahnya asupan kadar mikronutrien atau zat gizi terutama zinc atau seng yang banyak terdapat pada protein hewani," ujarnya.
Padahal bila tak segera diatasi, kata Adrianto, problem kurang gizi pada balita akan berimplikasi besar. Selain menurunkan tingkat kecerdasan dan produktivitas masyarakat, anak kurang gizi ini nanti akhirnya menjadi beban negara di kemudian hari.
Sementara Abas Basuni Jauhari peneliti dari Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan Balitbang Departemen Kesehatan RI menyatakan, penanganan masalah balita pendek menjadi kunci mengatasi problem gizi anak di Indonesia.
Balita pendek berimplikasi sangat besar dengan menyumbang 72 persen kasus berat badan kurang dan 63 persen anak dengan kelebihan berat badan. "Mengatasi balita pendek menjadi prioritas karena dapat mengatasi masalah gizi buruk secara umum," ujarnya.
Data Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan prevalensi stunted di kalangan balita mencapai 36,7 persen. Berdasarkan target MDGs, diharapkan pada 2015 nanti kasus balita pendek akan turun hingga sekitar 18 persen.
Untuk menangani masalah kurang gizi, Adrianto menyatakan, Persagi tak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan komitmen kuat dan sinergi yang baik antara berbagai pihak mulai dari pemerintah, LSM, dan dunia usaha.
"Sebab kalau kita tak bisa membangun sinergi seperti ini kita tidak akan mampu mengatasinya," ujarnya.
Sementara itu Hendro H Poedjono, Human Resource and Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia (FFI), menyatakan dukungan dan komitmen untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Ia berharap dukungan ini dapat membantu mencapai target MDGs 2015 mengatasi problem malnutirsi.
"Untuk itu sejak 2006, FFI telah bermitra dengan Persagi untuk melakukan program edukasi gizi kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi gratis secara berkesinambungan. Di antaranya program Pojok Gizi, Nutri Bus dan Mobil Keliling Gizi, " ujarnya.
Kongres Persagi XIV yang berlangsung 12-14 November di Gramedia Expo Center Surabaya mengambil tema "Konsolidasi Persagi Menuju Peningkatan Profesionalisme Berbasis Iptek Gizi Terkini"
Sumber: KOMPAS
My Blog List
Followers
KOMPAS.com
detiknews - detiknews
ANTARA - Berita Terkini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
kapan ya indonesia terlepas dari belenggu kemiskinan???
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya...
Untuk berkomentar, ketik di sini, nanti akan kami moderasi komentar Anda.