"Penyemprotan memperhitungkan arah angin dan ke padatan nyamuk atau lalat. Di lokasi fokus penyemprotan dilebihkan sekitar 0,5 kilometer persegi hingga satu kilometer persegi. Setelah itu akan dievaluasi lagi kepadatan lalat," ujarnya.
Binatang yang berpotensi menjadi pembawa penyakit, seperti lalat, dapat hinggap di jenazah atau bangkai dan kemudian berkeliaran berpotensi menyebabkan diare atau kolera. Dinas Kesehatan setempat juga mengadakan survei nyamuk untuk kemudian dilakukan pengasapan (fogging). Sejauh ini, Rustam mengatakan, belum ada kasus campak yang muncul di daerah bencana atau wabah lainnya. Pemerintah juga sudah mengirimkan sebanyak 2.500 vial vaksin untuk mencegah tetanus, terutama bagi para relawan yang mengevakuasi.
Sejauh ini, berdasarkan data Departemen Kesehatan telah ada sekitar 3.000 tenaga kesehatan yang dikerahkan ke lokasi bencana.
Sumber: Depkes
4 komentar:
Setiap bencana alam selalu menyisakan masalah berikutnya, baik penyakit, puing-puing, penangangan mayat, dll. Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk terus memperhatikan mereka, karena pemerintah dipilih untuk tugas tersebut.
Lebih baik ditanggulangi sejak dini semaksimal mungkin. Jangan sampai penanganan korban gempa belum selesai sudah muncul persoalan baru.
Sudah cukup berat derita para korban gempa, mudah-mudahan tidak muncul penyakit diwariskan pascagempa seperti yang dihawatirkan. Amin.
Pemerintah memang dibuat super sibuk ketika terjadi musibah, bukan hanya korban gempa yang perlu ditangani tapi juga akibat pasca gempa juga perlu penanganan serius. Terimakasih pemerintah.
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya...
Untuk berkomentar, ketik di sini, nanti akan kami moderasi komentar Anda.