25 Persen Pelajar Sukabumi Jadi Pekerja Seks

02 December 2009


Sukabumi, (ANTARA News) - Sekitar 25 persen dari 239 wanita pekerja seks (WPS) langsung di Kota Sukabumi, Jawa Barat, berasal dari kaum pelajar yang disebabkan oleh keinginan hidup mewah. "Dulu, penyebab para pelajar menjadi WPS lantaran faktor ekonomi. Namun, saat ini mulai bergeser menjadi gaya hidup mewah," kata Koordiantor Lapangan (Korlap) Gerakan Narkoba dan AIDS (GPNA) Kota Sukabumi, Den Huri kepada ANTARA, di Sukabumi, Rabu.

Menurut dia, para pelajar yang kurang mampu tergiur dengan temannya yang memiliki barang mewah, seperti handphone dan lainnya, sehingga mereka berkeinginan untuk menjadi WPS.

"Mereka menjadi WPS secara sembunyi-sembunyi dengan pemanggilan melalui telepon seluler. Mereka tidak menjajakan dirinya secara terbuka seperti WPS lainnya," paparnya.

Berdasarkan data yang ada, jumlah WPS di Kota Sukabumi mencapai 776, yang terdiri dari WPS langsung sebanyak 239 orang dan WPS tidak langsung (mereka yang juga bekerja) sebanyak 537 orang.

"Kebanyakan WPS tidak langsung adalah mereka yang bekerja sebagai penjualan di tempat karaoke. Mereka menjadi WPS lantaran faktor ekonomi dan gaya hidup," katanya yang bisa dipanggil Deden.

Deden mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menekan jumlah WPS di Kota Sukabumi dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang bekerjasama dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana (Dinsostek dan PB) Kota Sukabumi, seperti pelatihan tata rias dan salon.

"Kami juga melakukan pendidikan sebaya kepada kaum WPS," ujarnya.

Untuk mengatasi penularan HIV/AIDS di kalangan WPS, kata Deden, pihaknya juga telah memberikan penyuluhan kepada kaum WPS tentang bahaya HIV/AIDS sehingga mereka diminta melakukan hubungan seks dengan cara aman, seperti penggunaan kondom dan lainnya.

Mereka juga diminta untuk melakukan pemeriksaan penyakit kelamin di klinik `Pelangi` yang disediakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi.

Namun, sejak tiga tahun program ini berlangsung hanya 357 WPS saja yang mau memeriksakan dirinya ke klinik.

"Ini menunjukan tingkat kesadaran kaum WPS masih rendah untuk memeriksakan kesehatannya," katanya seraya menambahkan mereka lebih mementingkan materi ketimbang kesehatan.(*)

Sumber: ANTARA

3 komentar:

Para wanita yang menjadi WPS memang kebanyakan dikarenakan kesenjangan sosial, bahkan sering dijumpai juga orangtua atau suami menjual anak atau istrinya sendiri kepada orang lain hanya karena materi. Kasihan........

Unknown said...

Pendampingan depkes bagi WPS memang perlu agar selalu sehat, aman dan tidak menimbulkasn persoalan dikemudian hari. Tapi juga perlu pendekatan persuasif baik dari segi agama dan sosial bagi masyarakat agar WPS tidak tumbuh pesat.

yuli said...

masyaAllah, ini kejadian yang sudah luar biasa, masyarakat setempat dan terutama adalah Pemda dan kalau perlu pemerintah pusat harus segera mungkin turun tangan.

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya...
Untuk berkomentar, ketik di sini, nanti akan kami moderasi komentar Anda.

 
 
 
 
Copyright © MF Nurhuda Y