Jakarta - Depkes. Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH ketika membuka Konferensi Nasional (Konas) Promosi Kesehatan ke-5 dan Musyawarah Nasional Perkumpulan Pendidikan dan Promosi Kesehatan Indonesia (PPPKMI) pada tanggal (22/11, 2009) di Bandung.
Dalam kesempatan itu Menkes juga mengingatkan perlunya reformasi kesehatan dengan mengubah paradigma masyarakat terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan ( kuratif ), diubah menjadi “sehat itu indah, dan sehat itu gratis”. Sehat secara gratis itu hanya ditujukan bagi penduduk yang tidak mampu, yang miskin, dan sangat miskin.
Dengan tema ”Indonesia Sehat Berbasis Perilaku” mengandung arti bahwa pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta (universal coverage), ungkap Menkes.
Menkes menambahkan, promosi kesehatan sebagai suatu pendekatan yang efektif sejalan dengan pembaharuan pelayanan kesehatan dasar sebagaimana ditekankan oleh Dewan Eksekutif WHO yaitu pertama, tujuan pembangunan kesehatan diasosiasikan dengan penurunan angka kematian dan angka kesakitan. Kedua, promosi kesehatan untuk menangkal isu ketidak-adilan distribusi kesehatan yang disebabkan oleh gender, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, tingkat penghasilan, dan lain-lain.
Kegiatan promosi kesehatan yang mengandalkan media massa saja dirasa masih kurang menjangkau seluruh masyarakat. Selain itu, keterbatasan sumberdaya promosi kesehatan menyebabkan pemahaman yang utuh tentang promosi kesehatan hanya terbatas para pemegang program saja. Karena itu, Menkes mengajak insan promotor kesehatan memantapkan kembali pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ). Pendekatan ini rumusan hasil Konferensi Promosi Kesehatan Sedunia di Nairobi Oktober, 2009. Untuk memperkuat proses partisipasi pada setiap upaya kesehatan masyarakat diupayakan dengan mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik, positif dan produktif melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, yang didukung oleh kebijakan publik dan sumber daya yang memadai.
Aspek promosi kesehatan berdimensi luas, maka upaya promosi kesehatan tidak cukup diemban Pusat Promosi Kesehatan Depkes saja, melainkan perlu meningkatkan kemitraan dan kerjasama multi sektor termasuk swasta dengan memperkuat kepemimpinan kesehatan dan menyempurnakan kebijakan pembangunan berwawasan sehat, tegas Menkes.
Konas diikuti 936 peserta dari kalangan ahli/pakar kesehatan masyarakat, dari daerah dan pusat, para profesional kesehatan seperti pejabat fungsional, dan pengelola program promosi kesehatan, anggota PPPKMI, unit pelayanan kesehatan (RS, Bapelkes, Puskesmas, UPT kesehatan dll), Pemda dan DPRD, pemerhati/pengamat promosi kesehatan, organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa
Tujuan Konas Promosi Kesehatan ke-5 adalah memantapkan tanggung jawab dan kemitraan multi sektor dalam promosi kesehatan sehingga penyelenggaraan pembangunan kesehatan menerapkan paradigma sehat dan lebih menekankan pada peningkatan kesehatan bangsa.
Acara ditandai penyematan Peniti Emas oleh Menkes kepada 8 orang Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota yang berhasil menjadi pemenang pertama Kabupaten/Kota dalam 4 tahun terakhir dalam menggerakkan masyarakat untuk ber-PHBS, yaitu; Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Kota Jambi, Provinsi Jambi.
Menkes juga berkesempatan menyerahkan 2 buah buku, berjudul ”Perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia”, dan buku ”Promosi Kesehatan dalam Komitmen Global dari Ottawa-Jakarta-Nairobi” kepada 5 pimpinan institusi; Dekan FKM UI, Kepala Dinas Sulawesi Selatan, Komnas Anti Rokok Tulus Abadi, PPPKMI Jawa Timur, Gubernur Jawa Barat.
dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, MKes Kepala Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI selaku Ketua Panitia menambahkan, promosi kesehatan merupakan proses politik dan sosial yang komprehensif. Kegiatan dalam promosi kesehatan tidak hanya diarahkan pada penguatan keterampilan (skills) dan kapabilitas perorangan (individu), tetapi juga diarahkan pada perubahan sosial maupun perubahan kondisi ekonomi dan lingkungan.
Dengan mengutip ungkapan Kadinkes Propinsi Jawa Barat dr. Alma Lucyana,Mkes, Msi, dr. Abidinsyah menambahkan untuk menjadikan manusia sehat dan produktif tidak cukup hanya mengupayakan akses pelayanan kesehatan saja tetapi harus seiring dengan upaya preventif dan promotif.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.
Sumber: Depkes
My Blog List
Followers
KOMPAS.com
detiknews - detiknews
ANTARA - Berita Terkini
Pembangunan Kesehatan Diarahkan Pada Upaya Promotif dan Preventif
01 December 2009
Label: Kesehatan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya...
Untuk berkomentar, ketik di sini, nanti akan kami moderasi komentar Anda.